Senin, 10 Februari 2014

Susunan Acara


Susunan Acara

SUSUNAN ACARA
Seminar Nasional

Penjaminan Mutu Perguruan Tinggi dan Sistem Pangkalan Data Pendukungnya

  • 08.00 – 08.30 Registrasi Ulang
  • 08.30 – 09.00 Sambutan
  • 09.00 – 09.30 Direktur Akademik Ditjen DIKTI Dep. Pendidikan Nasional
(Dr. Ir. Tresna Dermawan Kunaefi)
Topik : Kebijakan Penjaminan Mutu Pendidikan di Indonesia
  • 09.30 – 10.00 Ahli Penjaminan Mutu Perguruan Tinggi
(Prof. Dr. Johanes Gunawan S.H., LL.M)
Topik : Penjaminan Mutu di Perguruan Tinggi
  • 10.00 – 10.15 Coffee Break
  • 10.15 – 10.45 Ketua Tim Penjaminan Mutu Unpar (Pius Sugeng, Ph.D)
Topik: Penjaminan Mutu di Unpar
  • 10.45 – 11.15 Tim Penjaminan Mutu Universitas Bina Nusantara (Tim QA Binus)
Topik: Proses Penerapan Penjaminan Mutu di Perguruan Tinggi
  • 11.15 – 12.00 Ahli Perancangan Basisdata (Dr. Ir. Benhard Sitohang – STEI ITB)
Topik: Perancangan Pangkalan Data untuk Mendukung Penjaminan Mutu Perguruan Tinggi
  • 12.00 – 13.30 ISOMA
  • 13.30 – 14.00 Pengembang EPSBED untuk perguruan tinggi Indonesia
(Ir. Stefanus A. Wartono, SE., MBA )
Topik: Aplikasi EPSBED - Dahulu, Sekarang, dan yang Akan Datang
  • 14.00 – 14.45 Ahli Sistem Informasi Perguruan Tinggi
(Dr. Ir. Inggriani Liem – STEI ITB)
                        Topik: Pembangunan Sistem Informasi untuk Mendukung Penjaminan
                        Mutu Perguruan Tinggi
  • 14.45 – 15.00 Tea Break
  • 15.00 – 16.00 Tim Task Force Program-1 PHK K-3 UNPAR
Topik: Proses Penyusunan dan Master Plan Pangkalan Data untuk
Mendukung Penjaminan Mutu, Studi Kasus : Unpar
 

 

 

Susunan Acara Perpisahan Sekolah

Susunan acara perpisahan yang saya buat ini mungkin belum sempurna, jadi kalau ada tambahan mohon dikoreksi dikolom komentar.


  1. Pembukaan (MC)
  2. Sambutan dari Ketua Panitia
  3. Ucapan Kata – kata dari Siswa (Kelas 9 atau 12)
  4. Ucapan Kata – kata dari (Osis atau adik kelas)
  5. Sambutan dari Wali Murid
  6. Sambutan dari Kepala Sekolah
  7. Pelepasan Atibut Sekolah ( Siswa )
  8. Penyerahan Cendramata
  9. Penyerahan Hadiah untuk Siswa Berprestasi
  10.  Hiburan (Pentas Seni)
  11.  Pembacaan doa
  12.  Penutup

Penjelasan Contoh Susunan Acara Perpisahan Sekolah

1. Pembukaan (pembukaan disini dibacakan oleh MC biasanya dengan tanda atau ucapan Basmalah sebagai tanda acara perpisahan sekolah dibuka sekaligus pembacaan susunan acara perpisahan)
2. Sambutan Ketua Panitia (Sambutan ketua panitia ini berisi tentang semua kegiatan, pernyataan selamat mengikuti acara ini serta pernyataan maaf dari panitia jika ada kekurangannya)
3. Ucapan Kata – kata dari Kelas 6 SD, Kelas 9 SMP dan Kelas 12 SMA/SMK (biasanya ucapan terima kasih dan permohonan maaf dari siswa kepada pihak sekolah serta minta doa untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi. Biasanya perwakilan satu siswa saja, nah yang ditunjuk harus siap berpidato, nah untuk contoh pidato perpisahan bisa di lihat di Contoh Pidato Perpisahan Sekolah.
4. Ucapan Kata – Kata dari Adik Kelas (OSIS) (biasanya ucapan ini diwakili oleh ketua OSIS dan isinya ucapan selamat kepada kakak kelas, permintaan maaf dan terima kasih.
5. Sambutan dari Wali Murid (biasanya ucapan terima kasih kepada pihak sekolah karena telah membantu anak-anak mereka dalam menuntut ilmu sampai lulus sekolah)
6. Sambutan dari Kepala Sekolah ( biasanya kepala sekolah menyampaikan selamat kepada siswa karena telah lulus serta kesan, pesan kedepan)
7. Pelepasan Atribut Sekolah ( biasanya perwakilan 2 orang siswa dan siswi untuk dilepas atribut sekolah oleh kepala sekolah)
8. Penyerahan Cindera Mata (biasanya penyerahan cindera mata kepada bapak/ibu guru sebagai ucapan terima kasih)
9. Penyerahan Hadiah untuk siswa berprestasi (kalau ada)
10. Hiburan (acara ini merupakan acara santai dan biasanya diisi oleh penampilan siswa tentang seni, ada yang menyanyi, baca puisi, dan band. Buat yang biasa mengadakan kegiatan pensi biasanya tampil disini, nah ini contoh proposal kegiatan pensi yang sering digunakan.
11. Pembacaan doa (ada yang membacakan doa, biasanya oleh guru agama disekolah)
12. Penutup (Biasanya oleh MC dengan bacaan alhmdllah)
Nah itulah Contoh Susunan Acara Perpisahan Sekolah yang bisa dijadikan referensi. Untuk selanjutnya semua terserah kepada panitia perpisahan mau bagaimana acara tersebut dibuat.


Contoh Membuat Susunan Acara Pensi di Sekolah - Saya yakin kalian yang mencari informasi tentang membuat proposal Pensi pasti para anggota Osis. Biasanya pensi akan diadakan ketika selesai ujian nasinal atau di acara perpisahan di sekolah. Bagi anda yang tergabung dalam osis ada baiknya anda mempelajari dulu cara membuat proposal nya.


Contoh Membuat Susunan Acara Pensi di Sekolah

Sebelum itu anda harus menyiapkan rencana pada jauh hari supaya acara dapat berjalan dengan lancar tanpa tergesah-gesah. Baiklah langsung saja kita simak cara membuat proposal susunan acara pada pentas seni yang bisa anda pelajari ;

Bahan awal yang harus anda pkirkan untuk pembuatan proposal pensi sekolah adalah ;

1. Jenis kegiatan Pensi
Dalam hal ini anda berhak mennetukan jenis kegiatan pensi yang akan digelar, contohnya : Festival Band, Festival Dance, Lomba Puisi atau bisa kegiatan lain

2. Susunan Kepanitiaan
Di dalam susunan panitia biasanya terdiri atas Penanggung Jawab, Penasehat, Ketua Pelaksana, Wakil Ketua, Sekertaris, bendahara,seksi-seksi dan anggota. Itu masih bisa ditambah sesuai dengan keperluan acara tersebut

3. Tempat dan waktu pelaksana
Anda harus juga menentukan waktu, tanggal dan tempat dimana akan dilaksanakan pensi tersebut, biasanya ada di lampiran susunan acara.Contoh : Waktu dilaksanakan pensi tanggal 2 April 2013 sd 9 April dan Tempat di SMU Jungkir Balik.

4. Anggaran dana kegiatan Pensi
Point ini adalah yang terpenting, bila tidak ada anggaran maka pensi yang di rencanakan tidak mungkin bisa terlaksana. Jadi anda harus menyusun anggaran dana dengan benar. Anda harus belajar bersama anggota lain tentang cara mengatur dan menentukan dana. mulai dari berapa iuran siswa yang di gunakan untuk acara ini.

Dalam anggaran kegiatan anda harus memperhatikan jenis kegiatan nya, masing-masing kegiatan harus dijelaskan secara rinci mulai dari Administrasi, konsumsi, perlengakapan dan lain sebagainya.

Setelah rancangan diatas sudah anda susun dengan benar, langkah berikutnya adalah membuat Proposal kegiatan pentas seni tersebut untuk diajukan kepada Kepala Sekolah. Dengan adanya rancangan diatas anda akan mudah membuat Proposal.

Cara dan langkah-langkah menyusun proposal Pensi sekolah
Yang harus anda perhatikan dalam membuat proposal sebagai berikut

  1. Judul
  2. Pendahuluan 
  3. Dasar Kegiatan 
  4. Tujuan Kegiatan
  5. Nama Kegiatan
  6. Waktu dan tempat
  7. Susunan Acara
  8. Susunan panitia
  9. Anggaran 
  10. Lampiran
Jika Proposal sudah selesai dibuat sekarang tinggal menunggu konfirmasi dari Kepala Sekolah. Jika anda belum paham silahkan download contoh Proposal susunan acara pensi disini, yang bisa langsung anda pelajari. Mudah bukan cara membuat Proposal kegiatan, semoga bisa mudahkan anda untuk belajar mengadakan kegiatan Pensi sekolah

Saya akan menujukan contoh Susunan acara  yang bisa anda pelajari ;

Contoh Susunan Acara Pensi Sekolah
  1. Doa
  2. Sambutan Kepala sekolah
  3. Talent (Tarian daerah atau Modern) kelas XII IPA dan IPS
  4. Talent (Musik) Kelas XII IPA
  5. Drama dari Kelas XII IPA
  6. Talent (musik/tari) dari kela XII IPS
  7. Pembacaan Puisi
  8. Talent (Vocal Grub gabungan kelas XII IPA dan IPS)
  9. Talent 
  10. Doa penutup
  11. Talent Musik

KETERANGAN :
Susunan acara diatas bisa anda tambahkan atau ganti sesuai acara yang ingin anda tampilkan, jika pentas seni yang anda gelar bersifat Pentas musik dengan mengundang salah satu band papan atas, anda tinggal menambahkan penampilan musik dari band tersebut. Talent bisa anda tampilkan sesuai bakat siswa yang ada di sekolah anda, seperti musik, tari, sulap, bela diri, stand up comedy, drama, dan masih banyak lagi.

Jangan lupa tambahkan juga durasi yang harus dibawakan pada setiap tahapan acara, fungsinya untuk menentukan durasi berjalannya acara tersebut. Pada umunya pentas seni paling lama berdurasi 2 setengah jam. paling lama 4 jam.

Minggu, 09 Februari 2014

Kalimat dan Unsur - unsurnya

 Kalimat dan unsur-unsurnya

Kalimat adalah satuan bahasa berupa kata atau rangkaian kata yang dapat berdiri sendiri dan menyatakan makna yang lengkap. Kalimat adalah satuan bahasa terkecil yang mengungkapkan pikiran yang utuh, baik dengan cara lisan maupun tulisan. Dalam wujud lisan, kalimat diucapkan dengan suara naik turun, dan keras lembut, disela jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir. Sedangkan dalam wujud tulisan berhuruf latin, kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik (.), tanda tanya (?) dan tanda seru (!). Sekurang-kurangnya kalimat dalam ragam resmi, baik lisan maupun tertulis, harus memiliki sebuah subjek (S) dan sebuah predikat (P). Kalau tidak memiliki kedua unsur tersebut, pernyataan itu bukanlah kalimat melainkan hanya sebuah frasa. Itulah yang membedakan frasa dengan kalimat. Di sini, kalimat dibagi menjadi dua, yaitu:

Kalimat tunggal

Kalimat tunggal adalah kalimat yang hanya mempunyai satu pola kalimat, yaitu hanya memiliki satu subjek dan satu predikat, serta satu keterangan (jika perlu)

Kalimat majemuk

Kalimat majemuk adalah kalimat yang mempunyai dua pola kalimat atau lebih. Kalimat majemuk ini terdiri dari induk kalimat dan anak kalimat. Cara membedakan anak kalimat dan induk kalimat yaitu dengan melihat letak konjungsi. Induk kalimat tidak memuat konjungsi di dalamnya, konjungsi hanya terdapat pada anak kalimat.
Setiap kalimat majemuk mempunyai kata penghubung yang berbeda, sehingga jenis kalimat tersebut dapat diketahui dengan cara melihat kata penghubung yang digunakannya. Jenis-jenis kalimat majemuk adalah:
  1. Kalimat Majemuk Setara
  2. Kalimat Majemuk Rapatan
  3. Kalimat Majemuk Bertingkat
  4. Kalimat Majemuk Campuran

Kalimat majemuk setara

kalimat majemuk setara yaitu penggabungan dua kalimat atau lebih kalimat tunggal yang kedudukannya sejajar atau sederajat.
Berdasarkan kata penghubungnya (konjungsi), kalimat majemuk setara terdiri dari lima macam, yakni:
Jenis Konjungsi
penggabungan dan
penguatan/Penegasan bahkan
pemilihan atau
berlawanan di lanjutkan pada sebuah kalimat majemuk yang kedua (sedangkan)
urutan waktu kemudian, lalu, lantas
Contoh:
  1. Juminten pergi ke pasar. (kalimat tunggal 1)
  2. Norif berangkat ke bengkel. (kalimat tunggal 2)
  • Juminten pergi ke pasar sedangkan Norif berangkat ke bengkel. (kalimat majemuk)
  • Norif berangkat ke bengkel sedangkan Juminten pergi ke pasar. (kalimat majemuk)

Kalimat majemuk rapatan

Kalimat majemuk rapatan yaitu gabungan beberapa kalimat tunggal yang karena subjek, predikat atau objeknya sama,maka bagian yang sama hanya disebutkan sekali.
Contoh:
  1. Pekerjaannya hanya makan. (kalimat tunggal 1)
  2. Pekerjaannya hanya tidur. (kalimat tunggal 2)
  3. Pekerjaannya hanya merokok. (kalimat tunggal 3)
  • Pekerjaannya hanya makan, tidur, dan merokok. (kalimat majemuk rapatan)

Kalimat majemuk bertingkat

Kalimat majemuk bertingkat yaitu penggabungan dua kalimat atau lebih kalimat tunggal yang kedudukannya berbeda. Di dalam kalimat majemuk bertingkat terdapat unsur induk kalimat dan anak kalimat. Anak kalimat timbul akibat perluasan pola yang terdapat pada induk kalimat.
Berdasarkan kata penghubungnya (konjungsi), kalimat majemuk bertingkat terdiri dari sepuluh macam, yakni:
Jenis Konjungsi
syarat jika, kalau, manakala, andaikata, asal(kan)
tujuan agar, supaya, biar
perlawanan (konsesif) walaupun, kendati(pun), biarpun
penyebaban sebab, karena, oleh karena
pengakibatan maka, sehingga
cara dengan, tanpa
alat dengan, tanpa
perbandingan seperti, bagaikan, alih-alih
penjelasan bahwa
kenyataan padahal
Contoh:
  1. Kemarin ayah mencuci motor. (induk kalimat)
  2. Ketika matahari berada di ufuk timur. (anak kalimat sebagai pengganti keterangan waktu)
  • Ketika matahari berada di ufuk timur, ayah mencuci motor. (kalimat majemuk bertingkat cara 1)
  • Ayah mencuci motor ketika matahari berada di ufuk timur. (kalimat majemuk bertingkat cara 2)

Kalimat majemuk campuran

Kalimat majemuk campuran yaitu gabungan antara kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk bertingkat. Sekurang-kurangnya terdiri dari tiga kalimat.
Contoh:
  1. Toni bermain dengan Kevin. (kalimat tunggal 1)
  2. Rina membaca buku di kamar kemarin. (kalimat tunggal 2, induk kalimat)
  3. Ketika aku datang ke rumahnya. (anak kalimat sebagai pengganti keterangan waktu)
  • Toni bermain dengan Kevin, dan Rina membaca buku di kamar, ketika aku datang ke rumahnya. (kalimat majemuk campuran)

Pola Kalimat

Kalimat yang kita gunakan sesungguhnya dapat dikembalikan ke dalam sejumlah kalimat dasar yang sangat terbatas. Dengan perkataan lain, semua kalimat yang kita gunakan berasal dari beberapa pola kalimat dasar saja. Sesuai dengan kebutuhan kita masing-masing, kalimat dasar tersebut kita kembangkan, yang pengembangannya itu tentu saja harus didasarkan pada kaidah yang berlaku.
Berdasarkan keterangan sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan bahwa kalimat dasar ialah kalimat yang berisi informasi pokok dalam struktrur inti, belum mengalami perubahan. Perubahan itu dapat berupa penambahan unsur seperti penambahan keterangan kalimat ataupun keterangan subjek, predikat, objek, ataupun pelengkap. Kalimat dasar dapat dibedakan ke dalam delapan tipe sebagai berikut.

Kalimat Dasar Berpola S P

Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek dan predikat. Predikat kalimat untuk tipe ini dapat berupa kata kerja, kata benda, kata sifat, atau kata bilangan. Misalnya:
  • Mereka / sedang berenang. = S / P (Kata Kerja)
  • Ayahnya / guru SMA. = S / P (Kata Benda)
  • Gambar itu / bagus.= S / P (Kata Sifat)
  • Peserta penataran ini / empat puluh orang. = S / P (Kata Bilangan)

Kalimat Dasar Berpola S P O

Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, dan objek. subjek berupa nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba transitif, dan objek berupa nomina atau frasa nominal. Misalnya:
  • Mereka / sedang menyusun / karangan ilmiah. = S / P / O

Kalimat Dasar Berpola S P Pel.

Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, dan pelengkap. Subjek berupa nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba intransitif atau kata sifat, dan pelengkap berupa nomina atau adjektiva. Misalnya:
  • Anaknya / beternak / ayam. = S / P / Pel.

Kalimat Dasar Berpola S P O Pel.

Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, objek, dan pelengkap. subjek berupa nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba intransitif, objek berupa nomina atau frasa nominal, dan pelengkap berupa nomina atau frasa nominal. Misalnya:
  • Dia / mengirimi / saya / surat. = S / P / O / Pel.

Kalimat Dasar Berpola S P K

Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, dan harus memiliki unsur keterangan karena diperlukan oleh predikat. Subjek berupa nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba intransitif, dan keterangan berupa frasa berpreposisi. Misalnya:
  • Mereka / berasal / dari Surabaya. = S / P / K

Kalimat Dasar Berpola S P O K

Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, objek, dan keterangan. subjek berupa nomina atau frasa nomina, predikat berupa verba intransitif, objek berupa nomina atau frasa nominal, dan keterangan berupa frasa berpreposisi. Misalnya:
  • Kami / memasukkan / pakaian / ke dalam lemari. = S / P / O / K

Kalimat Dasar Berpola S P Pel. K

Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, pelengkap, dan keterangan. Subjek berupa nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba intransitif atau kata sifat, pelengkap berupa nomina atau adjektiva, dan keterangan berupa frasa berpreposisi. Misalnya :
  • Ungu / bermain / musik / di atas panggung. = S / P / Pel. / K

Kalimat Dasar Berpola S P O Pel. K

Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, objek, pelengkap, dan keterangan. subjek berupa nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba intransitif, objek berupa nomina atau frasa nominal, pelengkap berupa nomina atau frasa nominal, dan keterangan berupa frasa berpreposisi. Misalnya:
  • Dia / mengirimi / ibunya / uang / setiap bulan. = S / P / O / Pel. / K

PENGERTIAN UNSUR INTRINSIK DAN EKSTRINSIK DALAM KARYA SASTRA PENGERTIAN FUNGSI DAN RAGAM SASTRA

A. Pengertian Sastra

Kesusastraan : susastra + ke – an
su + sastra
su berarti indah atau baik
sastra berarti lukisan atau karangan
Susastra berarti karangan atau lukisan yang baik dan indah.
Kesusastraan berarti segala tulisan atau karangan yang mengandung
nilai-nilai kebaikan yang ditulis dengan bahasa yang indah.
B. Fungsi Sastra
Dalam kehidupan masayarakat sastra mempunyai beberapa fungsi yaitu :

1. Fungsi rekreatif, yaitu sastra dapat memberikan hiburan yang menyenangkan bagi penikmat atau pembacanya.
2. Fungsi didaktif, yaitu sastra mampu mengarahkan atau mendidik pembacanya karena nilai-nilai kebenaran dan kebaikan yang terkandung didalamnya.
3. Fungsi estetis, yaitu sastra mampu memberikan keindahan bagi penikmat/pembacanya karena sifat keindahannya.
4. Fungsi moralitas, yaitu sastra mampu memberikan pengetahuan kepada pembaca/peminatnya sehingga tahu moral yang baik dan buruk, karena sastra yang baik selalu mengandung moral yang tinggi.
5. Fungsi religius, yaitu sastra pun menghasilkan karya-karya yang mengandung ajaran agama yang dapat diteladani para penikmat/pembaca sastra.
C. Ragam Sastra
1. Dilihat dari bentuknya, sastra terdiri atas 4 bentuk, yaitu :
a) Prosa, bentuk sastra yang diuraikan menggunakan bahasa bebas dan panjang tidak terikat oleh aturan-aturan seperti dalam puisi.
b) Puisi, bentuk sastra yang diuraikan dengan menggunakan habasa yang singkat dan padat serta indah. Untuk puisi lama, selalu terikat oleh kaidah atau aturan tertentu, yaitu :
(1) Jumlah baris tiap-tiap baitnya,
(2) Jumlah suku kata atau kata dalam tiap-tiap kalimat atau barisnya,
(3) Irama, dan
(4) Persamaan bunyi kata.
c) Prosa liris, bentuk sastra yang disajikan seperti bentuk puisi namun menggunakan bahasa yang bebas terurai seperti pada prosa.
d) Drama, yaitu bentuk sastra yang dilukiskan dengan menggunakan bahasa yang bebas dan panjang, serta disajikan menggunakan dialog atau monolog.

Drama ada dua pengertian, yaitu drama dalam bentuk naskah dan drama yang dipentaskan.
2. Dilihat dari isinya, sastra terdiri atas 4 macam, yaitu :
a) Epik, karangan yang melukiskan sesuatu secara obyektif tanpa
mengikutkan pikiran dan perasaan pribadi pengarang.
b) Lirik, karangan yang berisi curahan perasaan pengarang secara subyektif.
c) Didaktif, karya sastra yang isinya mendidik penikmat/pembaca tentang
masalah moral, tatakrama, masalah agama, dll.
d) Dramatik, karya sastra yang isinya melukiskan sesuatu kejadian(baik atau buruk) denan pelukisan yang berlebih-lebihan.
3. Dilihat dari sejarahnya, sastra terdiri dari 3 bagian, yaitu :
a) Kesusastraan Lama, kesusastraan yang hidup dan berkembang dalam masyarakat lama dalam sejarah bangsa Indonesia. Kesusastraan Lama Indonesia dibagi menjadi :
(1) Kesusastraan zaman purba,
(2) Kesusastraan zaman Hindu Budha,
(3) Kesusastraan zaman Islam, dan
(4) Kesusastraan zaman Arab – Melayu.
b) Kesusastraan Peralihan, kesusastraan yang hidup di zaman Abdullah bin Abdulkadir Munsyi. Karya-karya Abdullah bin Abdulkadir Munsyi ialah :

(1) Hikayat Abdullah
(2) Syair Singapura Dimakan Api
(3) Kisah Pelayaran Abdullah ke Negeri Jeddah
(4) Syair Abdul Muluk, dll.
c) Kesusastraan Baru, kesusastraan yang hidup dan berkembang dalam masyarakat baru Indonesia.
Kesusastraan Baru mencangkup kesusastraan pada Zaman :
(1) Balai Pustaka / Angkatan ‘20
(2) Pujangga Baru / Angkatan ‘30
(3) Jepang
(4) Angkatan ‘45
(5) Angkatan ‘66
(6) Mutakhir / Kesusastraan setelah tahun 1966 sampai sekarang
D. Unsur Intrinsik dan Ekstrinsik
Karya sastra disusun oleh dua unsur yang menyusunnya. Dua unsur yang dimaksud ialah unsur intrinsik dan ekstrinsik. Unsur intrinsik ialah unsur yang menyusun sebuah karya sastra dari dalam yang mewujudkan struktur suatu karya sastra, seperti : tema, tokoh dan penokohan, alur dan pengaluran, latae dan pelataran, dan pusat pengisahan. Sedangkan unsur ekstrinsik ialah unsur yang menyusun sebuah karya sastra dari luarnya menyangkut aspek sosiologi, psikologi, dan lain-lain.
1. Unsur Intrinsik
a) Tema dan Amanat

Tema ialah persoalan yang menduduki tempat utama dalam karya sastra.
Tema mayor ialah tema yang sangat menonjol dan menjadi persoalan. Tema
minor ialah tema yang tidak menonjol.
Amanat ialah pemecahan yang diberikan oleh pengarang bagi persoalan di
dalam karya sastra. Amanat biasa disebut makna. Makna dibedakan menjadi
makna niatan dan makna muatan. Makna niatan ialah makna yang diniatkan
oleh pengarang bagi karya sastra yang ditulisnya. Makna muatan ialah
makana yang termuat dalam karya sastra tersebut.
b) Tokoh dan Penokohan
Tokoh ialah pelaku dalam karya sastra. Dalam karya sastra biasanya ada
beberapa tokoh, namun biasanya hanya ada satu tokoh utama. Tokoh utama
ialah tokoh yang sangat penting dalam mengambil peranan dalam karya
sastra. Dua jenis tokoh adalah tokoh datar (flash character) dan tokoh
bulat (round character).
Tokoh datar ialah tokoh yang hanya menunjukkan satu segi, misalny6a baik saja atau buruk saja. Sejak awal sampai akhir cerita tokoh yang jahat akan tetap jahat. Tokoh bulat adalah tokoh yang menunjukkan berbagai
segi baik buruknya, kelebihan dan kelemahannya. Jadi ada perkembangan yang terjadi pada tokoh ini. Dari segi kejiwaan dikenal ada tokoh introvert dan ekstrovert. Tokoh introvert ialah pribadi tokoh tersebut yang ditentukan oleh ketidaksadarannya. Tokoh ekstrovert ialah pribadi tokoh tersebut yang ditentukan oleh kesadarannya. Dalam karya sastra dikenal pula tokoh protagonis dan antagonis. Protagonis ialah tokoh yang
disukai pembaca atau penikmat sastra karena sifat-sifatnya. Antagonis ialah tokoh yang tidak disukai pembaca atau penikmat sastra karena sifat-sifatnya.

Penokohan atau perwatakan ialah teknik atau cara-cara menampilkan tokoh.
Ada beberapa cara menampilkan tokoh. Cara analitik, ialah cara
penampilan tokoh secara langsung melalui uraian pengarang. Jadi
pengarang menguraikan ciri-ciri tokoh tersebut secara langsung. Cara
dramatik, ialah cara menampilkan tokoh tidak secara langsung tetapi
melalui gambaran ucapan, perbuatan, dan komentar atau penilaian pelaku
atau tokoh dalam suatu cerita.
Dialog ialah cakapan antara seorang tokoh dengan banyak tokoh.
Dualog ialah cakapan antara dua tokoh saja.
Monolog ialah cakapan batin terhadap kejadian lampau dan yang sedang
terjadi.
Solilokui ialah bentuk cakapan batin terhadap peristiwa yang akan terjadi.
c) Alur dan Pengaluran
Alur disebut juga plot, yaitu rangkaian peristiwa yang memiliki hubungan sebab akibat sehingga menjadi satu kesatuan yang padu bulat dan utuh.

Alur terdiri atas beberapa bagian :
(1) Awal, yaitu pengarang mulai memperkenalkan tokoh-tokohnya.
(2) Tikaian, yaitu terjadi konflik di antara tokoh-tokoh pelaku.
(3) Gawatan atau rumitan, yaitu konflik tokoh-tokoh semakin seru.
(4) Puncak, yaitu saat puncak konflik di antara tokoh-tokohnya.
(5) Leraian, yaitu saat peristiwa konflik semakin reda dan perkembangan alur mulai terungkap.
(6) Akhir, yaitu seluruh peristiwa atau konflik telah terselesaikan.
Pengaluran, yaitu teknik atau cara-cara menampilkan alur. Menurut kualitasnya, pengaluran dibedakan menjadi alur erat dan alur longggar. Alur erat ialah alur yang tidak memungkinkan adanya pencabangan cerita.
Alur longgar adalah alur yang memungkinkan adanya pencabangan cerita. Menurut kualitasnya, pengaluran dibedakan menjadi alur tunggal dan alur ganda. Alur tunggal ialah alur yang hanya satu dalam karya sastra. Alur

ganda ialah alur yang lebih dari satu dalam karya sastra. Dari segi urutan waktu, pengaluran dibedakan kedalam alur lurus dan tidak lurus. Alur lurus ialah alur yang melukiskan peristiwa-peristiwa berurutan dari awal sampai akhir cerita. Alur tidak lurus ialah alur yang melukiskan tidak urut dari awal sampai akhir cerita. Alur tidak lurus bisa menggunakan gerak balik (backtracking), sorot balik (flashback), atau campauran keduanya.
d) Latar dan Pelataran
Latar disebut juga setting, yaitu tempat atau waktu terjadinya peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam sebuah karya sastra. Latar atau setting dibedakan menjadi latar material dan sosial. Latar material ialah lukisan latar belakang alam atau lingkungan di mana tokoh tersebut berada. Latar sosial, ialah lukisan tatakrama tingkah laku, adat dan pandangan hidup. Sedangkan pelataran ialah teknik atau cara-cara menampilkan latar.
e) Pusat Pengisahan
Pusat pengisahan ialah dari mana suatu cerita dikisahkan oleh pencerita. Pencerita di sini adalah privbadi yang diciptakan pengarang untuk menyampaikan cerita. Paling tidak ada dua pusat pengisahan yaitu pencerita sebagai orang pertama dan pencerita sebagai orang ketiga. Sebagai orang pertama, pencerita duduk dan terlibat dalam cerita tersebut, biasanya sebagai aku dalam tokoh cerita. Sebagai orang ketiga, pencerita tidak terlibat dalam cerita tersebut tetapi ia duduk sebagai seorang pengamat atau dalang yang serba tahu.
2. Unsur Ekstrinsik
Tidak ada sebuah karya sastra yang tumbuh otonom, tetapi selalu pasti berhubungan secara ekstrinsik dengan luar sastra, dengan sejumlah faktor kemasyarakatan seperti tradisi sastra, kebudayaan lingkungan, pembaca
sastra, serta kejiwaan mereka. Dengan demikian, dapat dinyatakan bahwa unsur ekstrinsik ialah unsur yang membentuk karya sastra dari luar sastra itu sendiri. Untuk melakukan pendekatan terhadap unsur ekstrinsik, diperlukan bantuan ilmu-ilmu kerabat seperti sosiologi, psikologi, filsafat, dan lain-lain.



Unsur Intrinsik dan Ekstrinsik Karya Sastra
UNSUR INTINSIK

Unsur intrinsik adalah unsur yang membangun karya sastra dari dalam.

Unsur-unsur intrinsik karya sastra adalah :

TEMA
AMANAT
ALUR/PLOT
PERWATAKAN/PENOKOHAN
LATAR/SETTING
SUDUT PANDANG/POINT OF VIEW
UNSUR-UNSUR INTRINSIK

A. TEMA

adalah sesuatu yang menjadi pokok masalah/pokok pikiran dari pengarang yang ditampilkan dalam karangannya

B. AMANAT

adalah pesan/kesan yang dapat memberikan tambahan pengetahuan, pendidikan, dan sesuatu yang bermakna dalam hidup yang memberikan penghiburan, kepuasan dan kekayaan batin kita terhadap hidup

C. PLOT/ALUR

adalah jalan cerita/rangkaian peristiwa dari awal sampai akhir.

TAHAP-TAHAP ALUR

1. Tahap perkenalan/Eksposisi

adalah tahap permulaan suatu cerita yang dimulai dengan suatu kejadian, tetapi belum ada ketegangan (perkenalan para tokoh, reaksi antarpelaku, penggambaran fisik, penggambaran tempat)

2. Tahap pertentangan /Konflik

adalah tahap dimana mulai terjadi pertentangan antara pelaku-pelaku (titik pijak menuju pertentangan selanjutnya)

Konflik ada dua ;

1. konflik internal

adalah konflik yang terjadi dalam diri tokoh.

2. konflik eksternal

adalah konflik yang terjadi di luar tokoh(konflik tokoh dengan tokoh, konflik tokoh dengan lingkungan, konflik tokoh dengan alam, konlik tokoh denganTuhan dll)

3. Tahap penanjakan konflik/Komplikasi

adalah tahap dimana ketegangan mulai terasa semakin berkembang dan rumit (nasib pelaku semakin sulit diduga, serba samar-samar)

4. Tahap klimaks

adalah tahap dimana ketegangan mulai memuncak (perubahan nasip pelaku sudah mulai dapat diduga, kadang dugaan itu tidak terbukti pada akhir cerita)

5. Tahap penyelesaian

adalah tahap akhir cerita, pada bagian ini berisi penjelasan tentang nasib-nasib yang dialami tokohnya setelah mengalami peristiwa puncak itu. Ada pula yang penyelesaiannya diserahkan kepada pembaca, jadi akhir ceritanya menggantung, tanpa ada penyelesaian.

MACAM-MACAM ALUR

Alur maju
adalah peristiwa –peristiwa diutarakan mulai awal sampai akhir/masa kini menuju masa datang.

2. Alur mundur/Sorot balik/Flash back

adalah peristiwa-peristiwa yang menjadi bagian penutup diutarakan terlebih dahulu/masa kini, baru menceritakan peristiwa-peristiwa pokok melalui kenangan/masa lalu salah satu tokoh.

3. Alur gabungan/Campuran

adalah peristiwa-peristiwa pokok diutarakan. Dalam pengutararaan peristiwa-peristiwa pokok, pembaca diajak mengenang peristiwa-peristiwa yang lampau,kemudian mengenang peristiwa pokok ( dialami oleh tokoh utama) lagi.

D. PERWATAKAN/PENOKOHAN

adalah bagaimana pengarang melukiskan watak tokoh

ADA TIGA CARA UNTUK MELUKISKAN WATAK TOKOH

Analitik
adalah pengarang langsung menceritakan watak tokoh.

Contoh :

Siapa yang tidak kenal Pak Edi yang lucu, periang, dan pintar. Meskipun agak pendek justru melengkapi sosoknya sebagai guru yang diidolakan siswa. Lucu dan penyanyang.

2. Dramatik

adalah pengarang melukiskan watak tokoh dengan tidak langsung.

Bisa melalui tempat tinggal,lingkungan,percakapan/dialog antartokoh, perbuatan, fisik dan tingkah laku, komentar tokoh lain terhadap tokoh tertentu, jalan pikiran tokoh.

Contoh :

Begitu memasuki kamarnya Yayuk, pelajar kelas 1 SMA itu langsung melempar tasnya ke tempat tidur dan membaringkan dirinya tanpa melepaskan sepatu terlebih dahulu. (tingkah laku tokoh)

3. Campuran

adalah gabungan analitik dan dramatik.

Pelaku dalam cerita dapat berupa manusia , binatang, atau benda-benda mati yang diinsankan

PELAKU/TOKOH DALAM CERITA

Pelaku utama
adalah pelaku yang memegang peranan utama dalam cerita dan selalu hadir/muncul pada setiap satuan kejadian.

2. Pelaku pembantu

adalah pelaku yang berfungsi membantu pelaku utama dalam cerita.Bisa bertindak sebagai pahlawan mungkin juga sebagai penentang pelaku utama.

3. Pelaku protagonis

adalah pelaku yang memegang watak tertentu yang membawa ide kebenaran.(jujur,setia,baik hati dll)

4. Pelaku antagonis

adalah pelaku yang berfungsi menentang pelaku protagonis (penipu, pembohong dll)

5. Pelaku tritagonis

adalah pelaku yang dalam cerita sering dimunculkan sebagai tokoh ketiga yang biasa disebut dengan tokoh penengah.

E. LATAR/SETTING

Latar/ setting adalah sesuatu atau keadaan yang melingkupi pelaku dalam sebuah cerita.

Macam-macam latar

Latar tempat
adalah latar dimana pelaku berada atau cerita terjadi (di sekolah, di kota, di ruangan dll)

2. Latar waktu

adalah kapan cerita itu terjadi ( pagi, siang,malam, kemarin, besuk dll)

3. Latar suasana

adalah dalam keadaan dimana cerita terjadi. (sedih, gembira, dingin, damai, sepi dll)

F. SUDUT PANDANG PENGARANG

Sudut pandang adalah posisi/kedudukan pengarang dalam membawakan cerita.

Sudut pandang dibedakan atas :

Sudut pandang orang kesatu
adalah pengarang berfungsi sebagai pelaku yang terlibat langsung dalam cerita, terutama sebagai pelaku utama. Pelaku utamanya(aku, saya, kata ganti orang pertama jamak : kami, kita)

2. Sudut pandang orang ketiga

adalah pengarang berada di luar cerita, ia menuturkan tokoh-tokoh di luar, tidak terlibat dalam cerita. Pelaku utamanya (ia, dia, mereka,kata ganti orang ketiga jamak, nama-nama lain)

UNSUR EKSTRINSIK

Unsur ekstrinsik adalah unsur yang membangun karya sastra dari luar

UNSUR-UNSUR EKSTRINSIK

Latar Belakang Penciptaan
adalah kapan karya sastra tersebut diciptakan

2. Kondisi masyarakat pada saat karya sastra diciptakan

adalah keadaan masyarakat baik itu ekonomi, sosial, budaya,politik pada saat karya sastra diciptakan

Fungsi Unsur Kalimat

Fungsi Kalimat

Dalam kenyataan pemakaian bahasa, struktur kalimat tidak selalu berurutan S, P, O, K dan Pelengkap, tapi banyak kalimat yang urutan unsurnya menyimpang dari pola urutan tersebut. Untuk mengetahui fungsi unsur kalimat, perlu kita kenal ciri umum tiap fungsi-fungsi sintaksis itu.
1. Fungsi Predikat
Predikat merupakan konstituen pokok yang disertai konstituen subjek di sebelah kiri dan, jika ada, konstrituen objek, pelengkap, dan/atau keterangan wajib di sebelah kanan. Predikat kalimat biasanya berupa frasa verbal atau frasa adjectival. Pada kalimat yang berpola SP, predikat dapat pula berupa frasa nominal, frasa numeral atau frasa preposisional.
  1. Ayahnya guru bahasa Inggris (P=FN)
  2. Adiknya dua (P=FNum)
  3. Ibu sedang ke pasar (P=FPrep)
  4. Dia sedang tidur (P=FV)
  5. Pelangi itu indah sekali (P=FAdj)
Kalimat seperti (a) yang subjek dan predikatnya sama-sama FN relatif sukar untuk dibedakan, apakah berpola SP atau PS. Diperlukan cara lain unutk mengenal subjek dan predikat. Cara pertama adalah melihat FN yang dilekati partikel –lah, kalau pertikel itu hadir, FN yang dilekati selalu berfungsi sebagai predikat. Cara yang kedua, memperhatikan polat intonasi yang digunakan. Unsure predikat pada kalimat memunyai pola intonasi menurun, (2) 3 1 pada pola SP dan (2) 3 2 pada pola PS.
Predikat dalam bahasa Indonesia dapat mengisyaratakan makna jumlah FN subjek.
  1. Penumpang bus itu bergantung
  2. Penumpang bus itu bergantungan.
Pada (a) FN penumpang bus itu cenderung bermakna tunggal, tetapi pada (b) bermakna jamak oleh kehadiran bentuk verba predikat bergantungan.
2. Fungsi Subjek
Subek merupakan funsi sintaksi terpenting yang kedua. Pada umumnya berupa nomina, frasa nominal, atau klausa.
(2) a. Harimau binatang liar.
b. Anak itu belum makan
c. Yang tidak ikut upacara akan ditindak.
Subjek dapat juga berupa frasa verbal.
membangun gedung bertingkat mahal sekali.
Pada umumnya, subjek terletak di sebelah kiri predikat. Jika unsur subjek lebih panjang dibandingkan predikat, subjek sering diletakkan di akhir kalimat.
Manusia yang mampu tinggal dalam kesendirian tidak banyak.
Tidak banyak manusia yang mampu tingaal dalam kesendirian.
Subjek pada kalimat imperative adalah orang kedua atau orang pertama jamak dan biasanya tidak hadir.
Tolong (kamu) bersihkan  meja ini.
Mari (kita) makan.
Subjek pada kalimat aktif transitif akan menjadi pelengkap bila kalimat itu dipasifkan.
Anak itu [S] menghabiskan kue saya.
Kue saya dihabiskan (oleh) anak itu [Pel].
3. Fungsi Objek
Objek adalah konstituen kalimat yang kehadirannya dituntut oleh predikat yang berupa verba transitif pada kalimat aktif. Letaknya selalu setelah predikatnya. Sehingga dapat dikenali dengan memperhatikan (1) jenis predikat yang dilengkapinya dan (2) ciri khas objek itu sendiri. Berba transistif biasanya ditandai oleh kehadiran afiks tertentu. Sufiks –kan dan –I serta prefiks meng-umumnya merupakan pembentuk verba transitif.
Morten menundukkan Icuk.
Icuk dapat dengan mudah dikenali sebagai objek karena adanya sufiks –kan: menundukkan.
Objek biasanya berupa nomin atau fras nominal. Jika objek tergolong nomina, frasa nominal tak bernyawa, atau persona ketiga tunggal, nomina objek itu dapat diganti dengan pronominal –nya;dan jika berupa pronmina aku atau kamu (tunggal), bentuk –ku dan –mu dapat digunakan.
  1. Adi mengunjungi Pak Rustam.
  2. Adi mengunjunginya.
  1. Beliau mengatakan (bahwa) Ali tidak akan datang.
  2. Beliau mengatakannya.
  1. Saya ingin menemui kamu/-mu.
  2. Ana mencintai dia/-nya.
  3. Ibu mengasihi aku/-ku.
Konstituen objek dapat juga beruapa klausa.
Pemerintah mengumumkan (bahwa) haraga BBM akan naik.
Objek pada kalimat aktif transitif akan menjadi subjek jika kalimat itu dipasifkan.
  1. Pembantu membersihkan ruangan saya [o]
  2. Ruangan saya[S] dibersihkan (oleh) pembantu..
Potensi ketersulihan unsur ketersulihan unsur objek dengan –nya dan pengendapannya menjadi subjek kalimat pasif itu merupakan ciri utama yang membedakan objek dari pelengkap yang berupa nomina atau frasa.
4. Fungsi Pelengkap
Antara objek dan pelengkap memiliki kemiripan. Baik objek maupun pelengkap sering berwujud nomina, dan keduanya juga sering menduduki tempat yang sama, yakni dibelakang verba.
  1. Dia mendagangkan barang-barang elektronik di Glodok.
  2. Dia berdagang barang-barang elektronik di Glodok.
Pada kedua contoh di atas tampak bahwa barang-barang elektronik adalah frasa nominal dan berdiri di belakang verba mendagangkan dan berdagang. Akan teteapi, pada kalimat (a) frasa nominal itu dinamakan objek, sedangkan pada (b) disebut pelengkap.
ObjekPelengkap
  1. Bewujud frasa nominal atau klausa
  2. Berwujud frasa nominal, verba, adjektival, preposisional atau klausa
  3. Berada langsung di belakang predikat
  4. Berada langsung di belakang predikat jika tak ada objek dan di belakang objek jika ada objek.
  5. Menjadi subjek akibat pemasifan kalimat
  6. Tak dapat menjadi subjek akibat pemasifan kata.
  7. Dapat diganti dengan pronominal –nya
  8. Tidak dapat diganti dengan –nyakecuali dalam kombinasi preposisi selain di, ke, dari, dan akan







Seringkali nomina memunyai hubungan khusus dengan verba atau adjektiva yang diikutinya sehingga seolah-olah keduanya tidak dapat dipisahkan lagi.
Contoh:
Makan waktu; Balik nama; Masuk hitungan; Cuci muka
Gabungan verba atau adjektiva dengan nomina seperti itu merupakan verba atau adjektiva adjektiva majemuk yang berfungsi sebagai satu kesatuan dalam kalimat. Kadang-kadang hubungan antara nomina dan verba atau adjektiva itu begitu erat sehingga menjdi semacam idiom: naik haji, turun tangan, keras kepala.
5. Fungsi Keterangan
Keterangan merupakan fungsi sintaksis yang paling beragam dan paling mudah berpindah letaknya, dapat berada di awal, tengah dan akhir kalimat. Kehadiran keterangan dalam kalimat bersifat manasukan. Biasanya berupa frasa nominal, prepsisional atau adverbial.
  1. Dia memotong rambutnya
  2. Dia memotong rambutnya di kamar.
  3. Dia memotong rambut dengan gunting.
  4. Dia memotong rambutnya kemarin.
  5. Dia memotong rambutnya sebelum dia mendapat peringatan dari sekolah.
Jenis KeteranganPreposisiContoh
  1. Tempat
di, ke, dari, dalam, padadi kamar, ke kamar, dari kampus, dalam lemari, pada permukaan
  1. Waktu
-, pada, dalam, se- sebelum dsb.Sekarang, pada hari ini, dalam minggu ini, sepulang dari kantor, sebelum dia datang.
  1. Alat
DenganDengan (memakai) gunting, dengan pensil
  1. Tujuan
Agar, untuk, bagi, demiAgar kau pintar, untuk agama, bagi nusa, demi kehormatan
  1. Cara
Dengan, secara, dengan caraDengan diam-diam, secara perlahan, dengan cara perang
  1. Penyerta
Dengan, bersama, besertaDengan adiknya, bersama kekasihnya, beserta bintang
  1. Perbandingan/ kemiripan
Seperti, bagaikan, laksanaSeperti pelangi, laksana mutiara, bagaikan cahaya
  1. Sebab
Karena, sebabKarena dia, sebab kecantikannya
  1. Kesalingan
-Saling (mengasihi), satu sama lain
Di samping kesembilan jenis keteranga di atas, ada pula jenis keterangan lain yang selalu berbentuk klausa, yaitu keterangan syarat, keterangan pengandaian, keterangan konsesif, dan keterangan hasil.