Siraman Rohani:
Surat Al – Hadid
Pembukaan Al Hadid
Al Hadid secara harfiah aritnya besi, dan surat ini dinamakan dengan Al Hadid karena dalam ayat 25 dari 29 ayat di surat Al Hadid ini, Allah menyebutkan secara eksplisit tentang besi ini, “Kami turunkan besi, dan pada besi itu ada kekuatan yang sangat dahsyat dan banyak sekali manfaat-manfaatnya bagi manusia”,
sayangnya walaupun yang pertama kali diingatkan adalah orang yang
beriman, ternyata dikemudian hari yang lebih pandai menggunakan dan
memanfaatkan besi itu yaitu orang-orang non muslim, setelah mereka
berinteraksi dengan masyarakat Islam pada abad pertengahan, dan jadilah
ayat ini pun sebagai sebuah teguran bagaimana ilmu kauli perlu
diperdalam untuk merealisasikan pemanfaatan besi bagi kehidupan manusia.
Surat ini termasuk madaniyah dan
ayat-ayat madaniayah pada umumnya berupa seruan dan perintah pada
orang-orang yang beriman. Dan kalau kita lihat secara global dari surat
Al-Hadid ini, tema besarnya adalah perintah Allah kepada orang
yang beriman agar merealisasikan pengakuan keimanannya, agar mewujudkan
iman itu dalam prilaku dan pengorbanan mereka. Tapi, sebelum Allah
menyampaikan tentang perintah merealisasikan keimanan, kita dikenalkan
dulu tentang Allah dan kekuasaanya.
Kalau kita perhatikan pada ayat tujuh dan seterusnya, mulai disebutkan “Berimanlah
kepada Allah dan kepada Rasulnya dan berinfaqlah (dijalan Allah)
sebagian dari harta yang dia telah menjadikan kamu sebagai penguasanya
(amanah),” dan kemudian dijelaskan orang yang beriman dan
berinfaq akan mendapatkan pahala yang sangat besar, dan ayat-ayat
berikutnya terus mengingatkan kepada kita untuk merealisasikan keimanan
kita, diantaranya lewat pengorabann kita, lewat infaq kita untuk fisabilillah. Bahkan di ayat kesepuluh, dikatakan “Mengapa kalian tidak mau berinfaq dijalan Allah padahal semuanya ini milik Allah”,
dan dijelaskan pula yang berjuang dan berinfaq pada generasi pertama,
di saat perjuangan, dan yang berinfaq lebih dahulu, berbeda dengan yang
kemudian, orang yang berjuang pada masa makkiyah berbeda dengan masa
madaniyah. Orang-orang yang pertama itu adalah asabikun nassabikun, makanya dikatakan “tidak sama orang yang berinfaq sebelum fathu makkah, dan setelah fathu makkah,” ketika infaq itu disaat perjuangan nilainya jadi berbeda karenanya dijelaskan dalam hadits “mereka itu jauh lebih besar pahalanya dibandingkan yang berinfaq setelahnya,”
yang berinfaq dijalan Allah pada hakikatnya meminjamkan kepada Allah.
Dan pada ayat setelahnya infaq itu sangat dominan, bahkan kalau dilihat
diterjemahan Departemen Agama sub judul infaq itu hampir mencakup
seluruh surat Al Hadid ini.
Tapi sebelum kita diperintahkan untuk
merealisasikan keimanan, diawali dulu dari ayat satu sampai enam,
diceritakan ketundukan alam semesta kepada Allah SWT, ini menegaskan
bahwa ketika kita tunduk kepada Allah maka kita telah mengikuti arus
besar mahluk Allah SWT. Ini menegaskan bahwa kita dituntun untuk
mengenal dia baru diperintahkan tunduk kepadanya.
Keutamaan surat Al Hadid
Disebutkan oleh Ibnu Katsir dari Imam Ahmad dalam musnadnya menjelaskan, “Dari
Irbad bin Sariyah dia menyampaikan kepada para sahabat, bahwa
Rasulullah Saw, terbiasa membaca surat musabbihat, (yang awalnya memakai
sabbaha atau yusabbihu) sebelum beliau tidur” termasuk surat Al Hadid ini karena awalnya sabbahalillah, jadi yang dibacanya itu, surat yang awalnya sabbaha (fiil madi), atau yusabihu (fiil mudare) atau sabbaha(fiil Amr).
Tapi, kalau sekarang orang biasanya nonton sinetron sebelum tidur, atau
nonton sinetron sampai tertidur, kalau kemudian dia meninggal
kemungkinannya su’ul khotimah, karena yang ditontonnya itu negative.
Saya pikir kita perlu menata ulang kehidupan kita, ada seorang ulama
dikalangan salafushalih berkata “Umat ini tidak akan membaik kecuali dengan cara bagaimana dia menata hidupnya sebagaimana generasi awal.”
Kemudian Ibnu Katsir menyebutkan pula sebuah Hadits “Bahwa di dalam surat musyabihat ada satu ayat yang nilainya lebih utama daripaada seribu ayat”,
kalau seribu ayat itu sama dengan membaca surat Al Baqarah empat kali,
dan ayat inilah yang sering dibaca Rasulullah dan dipadu dalam do’anya.
Dan Ibnu Katsir mengatakan yang dimaksud ayat itu adalah ayat ke-3 dari surat Al Hadid ini.
Disebutkan juga ada sebuah riwayat, di
dalam menafsir surat Zalzalah Ibnu Katsir menyebutkan sebuah hadits, ada
seorang tua berkata kepada Rasulullah saw, “ya Rasulullah
bacakan kepadaku surat, lalu Rasulullah mengatakan baca tiga surat alif
lam ra itu seakan membaca Al Qur’an penuh, lalu orang tua itu mengatakan
“ya Rasul saya sudah tua,” kata Rasulullah bacalah surat ha mim, dia
menjawab sama, Rasulullah berkata kata lagi, bacalah musabbihat, dia
menjawab sama, bacalah surat Zalzalah, Rasul berkata berbahagialah orang
tua yang kecil ini”. Ini yang dianjurakan oleh Rasulullah kepada orang yang tidak bisa merutinkan membaca Al Qur’an secara umum.
57:1. Semua yang berada di langit
dan yang berada di bumi bertasbih kepada Allah (menyatakan kebesaran
Allah). Dan Dialah Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Begitulah Allah menjelaskan bahwa alam semesta ini bertasbih. Tasbih secara lughowi
mensucikan Allah, dalam arti dia tunduk sepenuhnya kepada Allah dan
tidak tunduk kepada yang lain, jadi tidak mensejajarkan Allah dengan
yang lain, itu hakikat dari tasbih. Tasbih juga bisa berarti
mengucapkan tasbih, dalam sebuah hadits dijelaskan ada dua buah kata
yang ringan diucapakan tapi sangat berat timbangannya disisi Allah dan
sangat dicintai Allah. Yang dituntut kepada kita adalah kedua-duanya.
Disini diingatkan bahwa alam semesta itu semuanya bertasbih kepada Allah
swt, tapi karena keterbatasan kita, kita tidak memahami cara mereka
bertasbih. Tapi, yang paling penting bukan kita menelusuri cara mereka
bertasbih, tapi sudahkah kita bertasbih sebagaimana alam semesta
bertasbih.
Ibnu Katsir ketika menafsirkan ayat ini
bahwa semuanya di alam ini bertasbih termasuk juga hewan dan tumbuhan,
dijelaskan dalam surat Al Isra’ , “Langit yang tujuh lapis
itu dan bumi dan siapa saja yang ada diangit dan di bumi itu bertasbih
kepada Allah swt,” tidak ada sesautupun kecuali bertasbih kepada Allah,
makanya kalau orang mukmin ketika dalam lingkungannya dia sendirian dia
tak pernah kesepian karena dia bersama alam semesta. Makanya dia
tentram, walau orang melihatnya sendirian.
“Dia maha perkasa, lagi maha bijaksana”
Tinggal kitanya apakah kemudian kita menunjukan ketakaburan kita dan
Rasulullah menjelaskan ketakaburan itu menolak kepada kebenaran,
sehingga tidak mau tunduk kepada Allah swt, seperti yang dilakukan iblis
ketika disuruh menghormati Adam, karenanya Rasulullah mengingatkan
kesadaran diri kita sebagai hamba itu harus melekat di dalam hati dan
pikiran kita, itu sebabnya makanya pagi dan sore kita dianjurkan membaca
syaidul istighfar. Karena, ketika kesadaran ini mengendur maka lahirlah ketakaburan, makanya dalam hadits disebutkan “Tidak akan masuk sorga ketika didalam hatinya ada ketakaburan walau kecil”
57:2. Kepunyaan-Nya lah kerajaan langit dan bumi, Dia menghidupkan dan mematikan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Itulah ketentuan Allah apabila dia
menghendaki jadi maka jadilah. Ayat kedua juga menjelaskan tentang
Allah, ayat ketigapun menjelaskan tentang Allah. Di sini jelas bagaiman
kita diperkenalkan dulu tentang Allah agar kemudian kita bisa tunduk
dengan mudah, apabila seorang anak setelah besar dia diperkenalkan
kepada ayah asuhnya yang telah membiayai dia sampai besar maka kalau
disuruh mencium tangan maka akan menurut, makanya kita lihat nanti
setiap perintah untuk tunduk kepada Allah diawali diperkenalkan dulu
tentang Allah, ini yang disinyalkan Abdulah bin Ammar, “Dulu
kami diterangkan iman baru perintah, berbeda dengan orang sekarang
diberikan perintah-perintah tapi keimanan belum ditanamkan mereka
campakan perintah itu seperti mencampakan korma busuk.”
57:3. Dialah Yang Awal dan Yang Akhir, Yang Lahir dan Yang Batin; dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.
Dijelaskan Ibnu Katsir, beliau mengutip hadits riwayat Imam Bukhari salah satu pengertian Adzhohiru wal batinu adalah “Allah tahu segala yang nampak dan Allah tahu yang tidak nampak” bahkan Allah dikatakan “maha tahu apa yang tersembunyi di dalam dada”, perinciannya di ayat empat, Allah mengetahui apa yang masuk ke bumi, apakah mayit dikuburkan, apakah air yang menyerap, dan mengetahui apa yang keluar dari bumi. Dan yang turun dari langit dan yang naik ke langit termasuk juga amalan kita.
Dijelaskan Ibnu Katsir, beliau mengutip hadits riwayat Imam Bukhari salah satu pengertian Adzhohiru wal batinu adalah “Allah tahu segala yang nampak dan Allah tahu yang tidak nampak” bahkan Allah dikatakan “maha tahu apa yang tersembunyi di dalam dada”, perinciannya di ayat empat, Allah mengetahui apa yang masuk ke bumi, apakah mayit dikuburkan, apakah air yang menyerap, dan mengetahui apa yang keluar dari bumi. Dan yang turun dari langit dan yang naik ke langit termasuk juga amalan kita.
Dijelaskan pula oleh Ibnu Katsir yang
riwayat Imam Ahmad menjelaskan makan Dzohir dan batin, yang menununjukan
sifat Allah ini “Dari Abu Khurairah bahwa Rasulullah berdo’a menjelang
tidurnya setelah membaca surat musabbihat “ya Allah Rabb pemilik seluruh
langit yang tujuh dan pemilik Ars yang agung, ya Allah engkaulah tuhan
kami dan tuhan segala mahluk, ya Allah Tuhan dilangit dan bumi, Engkau
yang telah menurunkan taurat, injil dan Furqon (Al Qur’an), Engkau yang
menumbuhkan biji-bijian dan membelahnya ketika tumbuh. tidak ada Tuhan
melainkan Engkau, aku berlindung kepada segala sesuatu yang jahat yang
ubun-ubunnya dalam kendaliMu, Engkaulah yang pertama tidak ada sebelum
Engkau, Engkaulah yang akhir sesudahMu tiada lagi yang lain, Engkaulah
yang dzohir diatasMu tiada lagi yang lain Engkau yang batin dibawahMu
tiada lagi yang lain, lunaskanlah seluruh hutang kami dan berikanlah
kecukupan kepada kami” .
Dalam riwayat yang lain hampir sama
isinya dijelaskan bagaiman posisi Rasul ketika membacanya, “dari Suhail,
bahwa Abu Shalih memerintahkan kami membaca do’a ini sambil bertumpu
pada sisi sebelah kanan,” ini perlu dicermati, kenapa demikian. Ada yang
mengatakn posisi jantungnya sangat bagus, tapi sunnah Rasulullah itu
tentunya sunnah banyak hikmahnya.
Riwayat yang lain dari Aisyah, “bahwa
Rasulullah memerintahkan agar tikarnya itu digelar, posisinya menghadap
kiblat, kalau dia telah berbariang, lalu dia bertelekan pada tangan
sebelah kanannya, lalu beliau berkomat-kamit, nggak diketahui apa yang
dibaca, diantar kata-katanya pada penghujung malam itu, dikeraskan
sedikit suaranya (seperti do’a yang tadi sampai akhir)”. dari do’a Ini
Jangan dipahami kita berdo’a banyak-banyak kemudian menghutang
banyak-banyak, sebab Rasulullah Saw, sebelumnya berta’audz untuk tidak
terlibat utang. Dan do’a yang di awali asma’ul husna itu do’a mustazab,
sampai Allah memerintahkan secara ekplisit “Allah memiliki asma’ul husna
maka memintalah do’a dengan asma’ul husna ini”.
57:4. Dialah yang menciptakan
langit dan bumi dalam enam masa; Kemudian Dia bersemayam di atas ‘Arsy
Dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi dan apa yang keluar
daripadanya dan apa yang turun dari langit dan apa yang naik kepadanya.
Dan Dia bersama kamu di mana saja kamu berada. Dan Allah Maha Melihat
apa yang kamu kerjakan.
Kalau pada ayat satu dan setelahnya Allah
menjelaskan tentang dirinya, yang menciptakan bumi langit dan segala
isinya, maha kuasa atas segala sesuatu, dan dialah yang awal dan akhir,
yang dzohir dan batin dia tau segala-galanya, sekarang kita masuk
kebagina kedua dari surat Al Hadid ini yaitu ayat empat sampai dengan
ayat enam, juga masih menjelaskan tentang kemaha kuasaan Allah swt.
Dibaliki itu banyak pesan-pesan yang berdampak langsung kepada kita yang
akan membuat dekat kepada Allah, dan kita merasa diawasi dan diketahui
Allah swt.
Sebagaimana kita ketahui Allah maha kuasa
atas segala sesuatu, ketatapan Allah apabila dia menghendaki sesuatu
maka dia katakana jadilah maka akan jadi, tanpa melalui proses yang
panjang begitulah Allah yang maha kuasa atas segala sesuatu. Tapi,
ketika Allah menjelaskan penciptaan langit dan bumi, disini dikatakan
dalam enam hari/masa, timbul pertanyaan apakah Allah tidak sanggup
melakukannya dalam sekejap?, padahal Allah maha kuasa. Isa yang tanpa
bapak ketika Allah menghendakinya lahir, maka lahirlah, sampai karena
tanpa bapak, orang nasrani menjadikannya tuhan, atau anak Tuhan. Kalau
secara logika harusnya Adam yang tidak punya bapak dan ibu lebih pantas.
Mengapa untuk penciptaan langit dan bumi fi sittati ayyam dan apa
hikmahnya dibalik ini.
Hikmahnya adalah mengajarkan kepada
manusia dalam proyek yang besar itu perlu ada pentahapan, dalam enam
tahap dengan plening yang berkesinambungan, begitu Allah memerintahkan
kepada kita untuk mengambil ibrah bagi orang yang berakal.
“Kemudian Dia bersemayam di atas ‘arsy”
Suatu kali Rasulullah pernah
menggambarkan ‘Arsy dan kursinya Allah seperti yang dikatakan dalam ayat
kursi. ‘Arsy bila dibandingkan dengan langit dan bumi, kalau langit dan
bumi itu sebuah cincin, maka ‘arsy itu bagaikan padang pasir yang luas,
begitulah perbandingan langit dan bumi dengan ‘arsy dan kursinya Allah.
Suatu kali Imam Malik ditanyakan tentang
Allah bersemayam di ‘Arsy, dan beliau menjawab “kata istawa itu berarti
berada atau duduk, kemudian kalau ditanyakan bagaimana itu, kita tidak
perlu tau, karena memang Allah memberikan jangkauan ilmu kita terbatas,
karenanya yang terbatas ini tidak mungkin mencapai yang tidak terbaatas,
cuma kita sebagai muslim harus beriman tentang bersemayamnya Allah di
‘Arsy.
“Dia mengetahui apa yang masuk
kedalam bumi dan apa yang keluar dari padanya dan apa yang turun dari
langit dan apa yang naik kepadaNya ”
Kalau diayat satu dikatakan bahwa Allah
maha perkasa dan maha bijaksana, diayat dua dikatakan yang memiliki
segalanya, ayat ke empat ditekankan lagi dialah yang menciptakan
segalanya, sangat wajar kemudian dia tau ciptaannya. Dia tau apa saja
yang masuk kebumi, bisa air, akar, bias juga jenazah yang masuk kebumi,
didalam ayat lain dikatakan, dia juga tau tentang kadarnya, juga segala
yang ada diperut bumi.
Ibnu Katsir menyatakan Allah tau segala
air yang masuk kebumi dan segala biji-bijian yang tertimbun dan apa saja
yang keluar, barangkali kita tidak banyak tau berapa emas diIrian Jaya
berapa banyaknya. Tumbuhan atau tanamanya, disebutkan diayat lain
“dialah yang mempunyai kunci segala yang baik, dia tau yang ada
didaratan dan dilautan, tidak ada daun yang jatuh kecuali Allah tau,”
kapan dari pohon apa? Dimana?, tidak ada satu pun benih yang ditimbun
ditanah yang gelap, tidak ada yang basah dan kering kecuali sudah
ditetapkan.
Dia tau yang turun dari langit, apa itu
rejeki, meteor, dari atas langit rejeki itu, hujan, embun, air, salju
es, termasuk ketetapan Allah sendiri qodo dan qodar. sehingga seharusnya
ketidakberdayaan menyelesaikan banjir itu perlu komunikasi kita dengan
Allah ditingkatkan. Kata Ibnu Katsir ketika air hujan itu turun dia
dikawal oleh malaikat yang telah Allah tetapkan dimana turunnya, dia
Allah yg maha kuasa tentang itu.
“Apa yang naik kelangit”. Apakah berupa
uap atau amal perbuatan kita. Ada malaikat yg menemani kita malam dan
siang, Malaikat malam naik kelangit ketika waktu subuh dan Malaikat
siang naik kelangit pada waktu ashar, makanya ashar dan subuh itu
bagusnya berjama’ah dan diawal waktu. Dan ketika sampai di langit
malaikat itu dipanggil dan ditanya oleh Allah, padahal Allah tau. Kata
petugas malam saya datang ashar dilagi sholat, dan saya berangkat subuh
dilagi sholat, Malaikat ketemu waktu itu, kalau kita shalatnya di awal
waktu seperti itu. Tapi kalau subuhnya kesiangan asharnya kesorean tidak
begitu jawabannya dia naik setiap hari.
Dan yang pekanan itu senin dan kamis,
itulah sebabnya Rasulullah bersabda ketika ditanya tentang puasa sunnah
senin dan kamis “aku melakkukannya agar laporan ada plusnya, bahwa
ketika amal itu diangkat saya sedang berpuasa” bahkan disebutkan bahwa
amal-amal sholeh itu Allah angkat terus keatas. Ada sebuah hadits yg
mengatakan “amal perbuatan kita yang dimalam Allah angkat sebelum siang,
amal kita disiang hari Allah angkat sebelum malam”.
“Dan Dia bersamamu dimana saja kamu berada”
Ini yang disebut maiyatul ilm,
(kebersamaan Allah dalam artian pengetahuan Allah) kemaha tahuan Allah,
berlaku untuk semua manusia. Dalam artian pengetahuan Allah tidak lepas
dari siapapun ada lagi maiyatun nasr, seperti dijelaskan dalam surat
Attaubah 36, diujungnya ma’a itu artinya perlindungan, pertolongan dan
kemenangan. Kalau orang mukmin itu maiyatul khossoh, tapi kalau untuk
maiyatul Ammah itu maiyatul Ilm, dan dalam ayat ini adalah maiyatul ilm.
“dan Allah maha melihat apa saja yang kamu kerjakan”
Ibnu Katsir berkata “Allah selalu
menyaksikan apa yang kamu lakkuan dimanapun kamu berada Allah tau,
apakah anda berada didarat atau dialaut, dimalam hari yang gelap atau
disiang hari yang terang, diruman atau ditanah lapang, Dia dengar ucapan
kamu, Dia tau yang kamu nampakan dan Dia tau yang kamu sembunyikan,
diayat lain disebutkan “Dan Allah maha tau samapai yang ada dilubuk hati
kita,” ayat seperti ini perlu kita wiridkan, karena penyakit manusia
itu pelupa, agar bisa mengntisipasi lupa ini perlu sering-sering kita
ingat, caranya dengan membaca ayat seperti ini. Begitulah juga ayat
kursi yang menerangkan sepuluh prinsif, kalau kita ingat ayat ini tidak
ada lagi kemalasan, tapi disamping kita baca perlu juga kecerdasan dan
kesadaran.
Ada sebuah kisah ulama memiliki murid
banyak, ada seorang murid yang masih muda dan paling disayang,
murid-murid yang tua itu minta bukti kenapa yang muda itu diberlakukan
secara khusus. Maka suatu waktu dia mengumumkan kompetisi kepada semua
muridnya, mereka disuruh membawa pisau dan burung dara, setelah semuanya
membawa burung dara dan pisau termasuk murid yang muda itu. Dia berkata
“Sekarang kalian pergilah ketempat yang tidak dilihat oleh siapapun
lalu sembelihlah burungnya, setelah itu kembalilah ke sini,” setelah
ditunggu sekian lama mereka datang, ternyata semuanya burungnya sudah
disembelih kecuali yang muda tadi, ketika ditanya kenapa belum
disembelih dia berkata “Saya tidak bisa meneymbelihnya karena saya tidak
menemukan temapat yang tidak dilihat Allah”. Disamping pemahaman perlu
penghayatan, banyak orang tidak mau melakaukan penyimpangna karena
dilihat manusia, tapi tidak takut ketika dilihat Allah.
Allah menjelaskan tentang dirinya dari
ayat satu sampai ayat empat bahkan sampai ayat-ayat barikutnya, pada
bagian akhir ayat empat “dan dia (Allah) bersamamu dimanapun kamu
berada,” begitulah kenyataannya yang seharusnya orang-orang beriman
menyadarinya sebagai pendekatan Allah dengan manusia baik dalam maiyatul
ilm, pendekatan Allah dalam artian pengetahuan Allah mencakup seluruh
aktivitas kita, tidak ada bagi Allah yang tersembunyi, atau maiyatul
himayah, ataupun maiyatunnasr, kebersamaan Allah dalam aritian
perlindungan dan rahmatNya, bantuannya pada orang-orang yang beriman dan
Allah sangat sayang pada orang-orang yang beriman.
Pengetahuan akan maiyah Allah ini akan
membangkitkan kesadaran kita bahwa Allah mengetahui apa yang kita
lakukan dan Allah selalu dekat dengan kita, kalau kesadaran ini ada
dalam hati dan pikiran kita maka akan melahirkan sikap ihsan dalam
segala perbuatan kita, jangankan kesadaran dan taunya kita bahwa kita
dilihat Allah yang ringan saja misalnya seseorang ketika dibelakangnya
ada ustadznya maka ibadahnya akan bertambah baik, akhlaq dan prilakunya
bertambah sopan, malu rasanya kalu dilihat kiainya belum nampak baik
ibadahnya belum nampak dewasa prilakunya, apalagi kesadaran itu dirinya
dilihat Allah swt.
Sikap ihsan ini diisyaratkan Rasululllah
saw, dalam hadits Jibril seperti dikutip Ibnu Katsir dalam tafsirnya
“Ketika Rasulullah ditanya tentang ihsan oleh Jibril maka Rasulullah
menjawab ‘kamu beribadah kepada Allah seolah-olah kamu melihatnya dan
jika kamu tidak melihatnya sesungguhnya Allah meliahatmu,” sebenarnya
manusia tidak bias meliaht Allah, seperti yang dikatakan Allah kepada
Nabi Musa AS, ‘selamamnya didunia kamu tidak akan meliahtku’. Tapi
manusia harus yakin bahwa Allah melihatnya kesadaran seseorang ini akan
melahirkan sikap ihsan dalam prilaku dan perbuatannya dan Hendaknya
seorang Mukmin memiliki rasa malu dan rasa itu melekat dirinya, karena
Allah selalu bersamanya.
Dijelaskan dalam oleh Ibnu Katsir, kata
Umar ada seseorang yang datang kepada Rasulullah meminta petunjuk,
“bekalilah aku dengan kalimat hikmah yang akan kujadikan sebagai
pegangan hidupku,’ lalu Rasul menjawabnya, ‘malulah kamu kepada Allah
seperti seseorang malu dari keluarganya yang soleh dan memperhatikannya
tidak pernah lepas,” Karena kita sudah cendrung pada pola pikir
materialis biasanya kita malu kepada manusia tapi ketika ada Allah dan
malaikat yang mendampingi kita, tidak merasa malu, manusia walau tak
pernah lepas disaat tertantu pasti jauh dari kita, tapi Allah selalu
bersama kita dimanapun berada dan Allah maha melihat dan mengetahui.
Ada sutu hadits marfu’ dari Abdullah bin
Alwiyah Al Amilin, “Ada tiga hal yang barang siapa bisa merelaisaikannya
dia akan merasakan nikmatnya beribadah yaitu selalu beribadah hanya
kepada Allah, selalu berinfaq dan selalu mensucikan dirinya” orang bisa
melakukan iu kalau dia merasa diperhatikan Allah.
Satu lagi hadits yang harus menjadi
pegangan hidup kita, dari Ubadah bin Shomit katanya Rasulullah bersabda
“sesunguhnya iman yang paling afdhol kamu sadar bahwa Allah selalu
beersamamu dimanapun kamu berada” kalau bahasanya Sayid Qutub disebut
imam hayi (iman yang hidup, iman yang membangkitkan kesadaran) kalau
kesadaran ini ada ibadah kita selalu maksimal dan diri kita selalu
terhindar dari berbagai penyimpangan, itu pula yang dinasihatkan
Rasulullah kepada seorang sahabat yang baru beberapa hari mengaji
dengannya kata Rasulullah “sekarang kamu pulang kampung dan berdakwah
untuk seluruh masyarakat disitu”, sahabat yang baru beberapa kali
bertemu dan merasa bekalnya belum banyak dan dia ingin berlama-lama
bersama Rasulullah, tapi Rasulullah berkata lagi “sekarang aku bekali
lalu kamu pulang, takutlah kamu kepada Allah dimanapun kamu berada,
sertakanlah perbuatan yang baik atas perbuatan yang buruk, sehingga
perbuatan yang baik menghapus yang buruk tadi, bergaullah dengan manusia
dengan baik.
57:5. Kepunyaan-Nya-lah kerajaan langit dan bumi. dan kepada Allah-lah dikembalikan segala urusan.
Ayat lima ini Masih menjelaskan tentang
sifat-siafat Allah, kalau ujung ayat empat wallahu bima ta’maluna
basyir, maka ayat kelimanya Lahu mulku samaawaati wal ardli (milik
Allahlah kekuasaan dilangit seluruhnya dan juga dibumi) segalanya itu
milik Allah. Karenanya Allah disebut juga Malikulmulki (pemilik seluruh
kekuasaaan), dalam do’a pagi dan sore “Katakanlah: Wahai Allah yang
memiliki kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang engkau
kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki..”
sekalipun orang mempertahankannya kalau Allah ingin mencabutnya dia
tidak akan bisa apa-apa.
“Dan kepada Allahlah segala urusan itu dikembalikan”
segalanya akan kembali kepada Allah
termasuk kita, ketika Allah mengambil apa yang dimilikinya itu yang kita
mengkalaim miliki kita atau yang Allah titipkan kepada kita, maka
diharuskan membaca kalaimat isti’jal inalillahi wainnailahi raji’un
diayat ini dikatakan “dan kepada Allah segala hal itu dikembalikan”
termasuk diri kita, makanya didalam surat Al Jumu’ah Katakanlah:
“Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, Maka Sesungguhnya
kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada
(Allah), yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan
kepadamu apa yang telah kamu kerjakan”. Karenanya kesadaran ini kalau
Allah meinginginkan milikNya kita dengan ridho melepasnya, “Katakanlah
siapa yang mau meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik Allah akan
ganti” padahal yang dipinjamkan itu milik Allah, tapi kasih sayangnya
Allah kalau kita meminjamkan diganti dengan berlipat ganda tapi
sekalipun begitu tetap saja manusia merasa berat karena terkait dengan
materi dan kenikmatan. Hendaknya pendekatan kita bagaimana bisa
menikmati bukan bagaimana harus memikinya.
57:6. Dialah yang memasukkan malam ke dalam siang dan memasukkan siang ke dalam malam. Dan Dia Maha Mengetahui segala isi hati.
Bumi kitakan berpuatar pada porosnya dan
pada saatnya yang sama berpuatar mengelilingi matahari, yang menghadap
matahari itu kebagian sianng dan yang membelakanginya kebagian malam.
Dialah Allah yang memutar dan perputaran itulah yang kemudian melahirkan
gravitasi, kalau senadainya tidak ada tarikan itu kita akan lepas,
jangankan untuk makan untuk bertahan pada permukaan bumi itu susah,
bagaimana kalau Allah menjaadikan malam itu terus menerus maka bumi akan
kedinginan dan membeku, atau siang terus menerus maka bumi akan sangat
panas.
“Dan dia maha tau apa yang ada didalam ada”,
Kata Ibnu Katsir betapapun tersembunyi,
tidak ada yang lepas dari pengetahuan Allah bahkan yang ada didalam
lubuk hati kita, Cuma saja kalau keburukan masih dihati kita belum
terekspresiakn itu belum bernilai negatif kalau sadah bunyi itu bernilai
negatif sekalipun perkataan itu benar, makanaya ketika Rasulullah
mengingatkan tentang gibah dia bersabda ”Engakau menyabutkan tentang aib
saudaramu walau benar, tapi kalau menyebutkan tidak sesuai itu
kebohongan”.
57:7. Berimanlah kamu kepada Allah dan
Rasul-Nya dan nafkahkanlah sebagian dari hartamu yang Allah telah
menjadikan kamu menguasainya. Maka orang-orang yang beriman di antara
kamu dan menafkahkan (sebagian) dari hartanya memperoleh pahala yang
besar.
Setelah dijelaskan tentang kekuasaan
Allah maka ayat tujuhnya dinyatakan tentang iman kepada Allah, ini salah
satu metode yang dalam Al Qur’an setelah diceritakan tentang sifat dan
kekuasaan Allah baru dijelaskan perintah untk beriman dan merealisasikan
keimanan, sehingga keimanan kita berdasarkan kesadaran bukan hanya
sebuah dogma.
Berimanlah kepada Allah dan rasunya yang
telah menyamapiakan wahyu ini kepada kita, maka ketika diperintahkan
untuk beriman maka dituntut pula untuk meralisasikan keimanan itu dengan
ungkapan dan berinfaqlah. Pada masa Rasulullah ada seorang sahabat yang
sudah paham tentang Islam, lalau dia ingin menyatakan komitmen
keislamannya, dia katakana ”ya Rasulullah saya menyatakan keislaman dan
saya akan komitmen menjalankan seluruh atuaran islam itu, Cuma saya
minta dispensasi dua, minta keringananan karena alasananya ada pada diri
saya yang pertama saya minta dispensasi untuk tidak berinfaq, karena
saya orang miskin, kedua saya minta dispensai untuk tidak berjuang sebab
saya ini penakut, kalau berjihad saya akan lari dari medan jihad itu
padahal dari medan perang itu dosa besar, kata Rasulullah tidak sodaqoh
tidak berjuang kamu mau masuk sorga dengan apa lagi,” Rasul tidak terima
Islam yang parsial, Islam itu harus menyeluruh.
Biasanya setelah menyebutkan keimanan
dilanjutkan dengan perintah untuk berinfaq karena keimanan itu hubungan
pertikal pada Allah dan infaq itu adalah hubungan horizontal pada
manusia, karenanya ketika menyatakan keTuhanan dan sifat-sifatnnya lalu
Allah lanjutkan berimanlah dan berinfaqlah dari sebagian yang dititipkan
kepada kamu.
Manusia adalah kholifah yang artinya
pengemban amanat dari Allah, manakala ada perintah beriman dan berinfaq,
maka kita harus segera berinfaq karena infaq itu merupakan kebutuhan
kita bukan kewajiban, dan balasanya akan berlipat ganda, maka orang yang
beriman dan berinfaq diantara kamu mereka mendapatkan balasan yang
sangat besar kalau kita baca kabirr itu mad aridl lisukun, maka
dibacanya kabirrrrrrrrrrr, yang artinya besarrrrrrrrr, orang yang
beriman dan berinfaq itu mendapatkan pahala yang sangat besar.
57:8. Dan mengapa kamu tidak
beriman kepada Allah padahal Rasul menyeru kamu supaya kamu beriman
kepada Tuhanmu. Dan sesungguhnya Dia telah mengambil perjanjianmu jika
kamu adalah orang-orang yang beriman.
57:9. Dialah yang menurunkan
kepada hamba-Nya ayat-ayat yang terang (Al Qur’an) supaya Dia
mengeluarkan kamu dari kegelapan kepada cahaya. Dan sesungguhnya Allah
benar-benar Maha Penyantun lagi Maha Penyayang terhadapmu.
57:10. Dan mengapa kamu tidak menafkahkan (sebagian hartamu) pada jalan Allah, padahal Allah-lah yang mempusakai (mempunyai) langit dan bumi? Tidak sama di antara kamu orang yang menafkahkan (hartanya) dan berperang sebelum penaklukan (Mekah). Mereka lebih tinggi derajatnya daripada orang-orang yang menafkahkan (hartanya) dan berperang sesudah itu. Allah menjanjikan kepada masing-masing mereka (balasan) yang lebih baik. Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.
57:11. Siapakah yang mau meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, maka Allah akan melipat-gandakan (balasan) pinjaman itu untuknya, dan dia akan memperoleh pahala yang banyak,
57:10. Dan mengapa kamu tidak menafkahkan (sebagian hartamu) pada jalan Allah, padahal Allah-lah yang mempusakai (mempunyai) langit dan bumi? Tidak sama di antara kamu orang yang menafkahkan (hartanya) dan berperang sebelum penaklukan (Mekah). Mereka lebih tinggi derajatnya daripada orang-orang yang menafkahkan (hartanya) dan berperang sesudah itu. Allah menjanjikan kepada masing-masing mereka (balasan) yang lebih baik. Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.
57:11. Siapakah yang mau meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, maka Allah akan melipat-gandakan (balasan) pinjaman itu untuknya, dan dia akan memperoleh pahala yang banyak,
57:12. (yaitu) pada hari
ketika kamu melihat orang mukmin laki-laki dan perempuan, sedang cahaya
mereka bersinar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, (dikatakan
kepada mereka): “Pada hari ini ada berita gembira untukmu, (yaitu) surga
yang mengalir di bawahnya sungai-sungai yang kamu kekal di dalamnya.
Itulah keberuntungan yang banyak.
57:13. Pada hari ketika
orang-orang munafik laki-laki dan perempuan berkata kepada orang-orang
yang beriman: “Tunggulah kami supaya kami dapat mengambil sebahagian
dari cahayamu”. Dikatakan (kepada mereka): “Kembalilah kamu ke belakang
dan carilah sendiri cahaya (untukmu)”. Lalu diadakan di antara mereka
dinding yang mempunyai pintu. Di sebelah dalamnya ada rahmat dan di
sebelah luarnya dari situ ada siksa.
57:14. Orang-orang munafik itu memanggil mereka (orang-orang mukmin) seraya berkata: “Bukankah kami dahulu bersama-sama dengan kamu?” Mereka menjawab: Benar, tetapi kamu mencelakakan dirimu sendiri dan menunggu (kehancuran kami) dan kamu ragu-ragu serta ditipu oleh angan-angan kosong sehingga datanglah ketetapan Allah; dan kamu telah ditipu terhadap Allah oleh (setan) yang amat penipu.
57:14. Orang-orang munafik itu memanggil mereka (orang-orang mukmin) seraya berkata: “Bukankah kami dahulu bersama-sama dengan kamu?” Mereka menjawab: Benar, tetapi kamu mencelakakan dirimu sendiri dan menunggu (kehancuran kami) dan kamu ragu-ragu serta ditipu oleh angan-angan kosong sehingga datanglah ketetapan Allah; dan kamu telah ditipu terhadap Allah oleh (setan) yang amat penipu.
57:15. Maka pada hari ini
tidak diterima tebusan dari kamu dan tidak pula dari orang-orang kafir.
Tempat kamu ialah neraka. Dialah tempat berlindungmu. an dia adalah
sejahat-jahat tempat kembali.
57:16. Belumkah datang
waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka
mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka),
dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah
diturunkan Al Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang
atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan di antara
mereka adalah orang-orang yang fasik.
57:17. Ketahuilah olehmu
bahwa sesungguhnya Allah menghidupkan bumi sesudah matinya. Sesungguhnya
Kami telah menjelaskan kepadamu tanda-tanda kebesaran (Kami) supaya
kamu memikirkannya.
57:18. Sesungguhnya
orang-orang yang bersedekah baik laki-laki maupun perempuan dan
meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, niscaya akan dilipat
gandakan (pembayarannya) kepada mereka; dan bagi mereka pahala yang
banyak.
57:19. Dan orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, mereka itu orang-orang Shiddiqien dan orang-orang yang menjadi saksi di sisi Tuhan mereka. Bagi mereka pahala dan cahaya mereka. Dan orang-orang yang kafir dan mendustakan ayat-ayat Kami, mereka itulah penghuni-penghuni neraka.
57:19. Dan orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, mereka itu orang-orang Shiddiqien dan orang-orang yang menjadi saksi di sisi Tuhan mereka. Bagi mereka pahala dan cahaya mereka. Dan orang-orang yang kafir dan mendustakan ayat-ayat Kami, mereka itulah penghuni-penghuni neraka.
57:20. Ketahuilah, bahwa
sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan suatu yang
melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta
berbangga-bangga tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang
tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi
kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di
akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta
keridaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan
yang menipu.
57:21. Berlomba-lombalah kamu
kepada (mendapatkan) ampunan dari Tuhanmu dan surga yang luasnya seluas
langit dan bumi, yang disediakan bagi orang-orang yang beriman kepada
Allah dan Rasul-rasul-Nya. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada
siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah mempunyai karunia yang besar.
57:22. Tiada suatu bencanapun
yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan
telah tertulis dalam kitab (Lohmahfuz) sebelum Kami menciptakannya.
Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.
57:23. (Kami jelaskan yang
demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput
dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang
diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang
sombong lagi membanggakan diri,
57:24. (yaitu) orang-orang yang kikir dan menyuruh manusia berbuat kikir. Dan barang siapa yang berpaling (dari perintah-perintah Allah) maka sesungguhnya Allah Dia-lah Yang Maha Kaya lagi Maha Terpuji.
57:24. (yaitu) orang-orang yang kikir dan menyuruh manusia berbuat kikir. Dan barang siapa yang berpaling (dari perintah-perintah Allah) maka sesungguhnya Allah Dia-lah Yang Maha Kaya lagi Maha Terpuji.
57:25. Sesungguhnya Kami
telah mengutus rasul-rasul Kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata
dan telah Kami turunkan bersama mereka Al Kitab dan neraca (keadilan)
supaya manusia dapat melaksanakan keadilan. Dan Kami ciptakan besi yang
padanya terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi manusia,
(supaya mereka mempergunakan besi itu) dan supaya Allah mengetahui siapa
yang menolong (agama) Nya dan rasul-rasul-Nya padahal Allah tidak
dilihatnya. Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa.
57:26. Dan sesungguhnya Kami
telah mengutus Nuh dan Ibrahim dan Kami jadikan kepada keturunan
keduanya kenabian dan Al Kitab, maka di antara mereka ada yang menerima
petunjuk dan banyak di antara mereka fasik.
57:27. Kemudian Kami iringkan
di belakang mereka rasul-rasul Kami dan Kami iringkan (pula) Isa putra
Maryam; dan Kami berikan kepadanya Injil dan Kami jadikan dalam hati
orang-orang yang mengikutinya rasa santun dan kasih sayang. Dan mereka
mengada-adakan rahbaniyyah padahal Kami tidak mewajibkannya kepada
mereka tetapi (mereka sendirilah yang mengada-adakannya) untuk mencari
keridaan Allah, lalu mereka tidak memeliharanya dengan pemeliharaan yang
semestinya. Maka Kami berikan kepada orang-orang yang beriman di antara
mereka pahalanya dan banyak di antara mereka orang-orang fasik.
57:28. Hai orang-orang yang
beriman (kepada para rasul), bertakwalah kepada Allah dan berimanlah
kepada Rasul-Nya, niscaya Allah memberikan rahmat-Nya kepadamu dua
bagian, dan menjadikan untukmu cahaya yang dengan cahaya itu kamu dapat
berjalan dan Dia mengampuni kamu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang,
57:29. (Kami terangkan yang
demikian itu) supaya ahli Kitab mengetahui bahwa mereka tiada mendapat
sedikit pun akan karunia Allah (jika mereka tidak beriman kepada
Muhammad), dan bahwasanya karunia itu adalah di tangan Allah. Dia
berikan karunia itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah
mempunyai karunia yang besar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar