Rabu, 17 September 2014

Siraman Rohani: Surat Al – Hadid


Siraman Rohani:

Surat Al – Hadid

 Pembukaan Al Hadid
Al Hadid secara harfiah aritnya besi, dan surat ini dinamakan dengan Al Hadid karena dalam ayat 25 dari 29 ayat di surat Al Hadid ini, Allah menyebutkan secara eksplisit tentang besi ini, “Kami turunkan besi, dan pada besi itu ada kekuatan yang sangat dahsyat dan banyak sekali manfaat-manfaatnya bagi manusia”, sayangnya walaupun yang pertama kali diingatkan adalah orang yang beriman, ternyata dikemudian hari yang lebih pandai menggunakan dan memanfaatkan besi itu yaitu orang-orang non muslim, setelah mereka berinteraksi dengan masyarakat Islam pada abad pertengahan, dan jadilah ayat ini pun sebagai sebuah teguran bagaimana ilmu kauli perlu diperdalam untuk merealisasikan pemanfaatan besi bagi kehidupan manusia.
Surat ini termasuk madaniyah dan ayat-ayat madaniayah pada umumnya berupa seruan dan perintah pada orang-orang yang beriman.  Dan kalau kita lihat secara global dari surat Al-Hadid ini, tema besarnya adalah perintah Allah kepada orang yang beriman agar merealisasikan pengakuan keimanannya, agar mewujudkan iman itu dalam prilaku dan pengorbanan mereka.  Tapi, sebelum Allah menyampaikan tentang perintah merealisasikan keimanan, kita dikenalkan dulu tentang Allah dan kekuasaanya.
Kalau kita perhatikan pada ayat tujuh dan seterusnya, mulai disebutkan “Berimanlah kepada Allah dan kepada Rasulnya dan berinfaqlah (dijalan Allah) sebagian dari harta yang dia telah menjadikan kamu sebagai penguasanya (amanah),” dan kemudian dijelaskan orang yang beriman dan berinfaq akan mendapatkan pahala yang sangat besar, dan ayat-ayat berikutnya terus mengingatkan kepada kita untuk merealisasikan keimanan kita, diantaranya lewat pengorabann kita, lewat infaq kita untuk fisabilillah.  Bahkan di ayat kesepuluh, dikatakan “Mengapa kalian tidak mau berinfaq dijalan Allah padahal semuanya ini milik Allah”, dan dijelaskan pula yang berjuang dan berinfaq pada generasi pertama, di saat perjuangan, dan yang berinfaq lebih dahulu, berbeda dengan yang kemudian, orang yang berjuang pada masa makkiyah berbeda dengan masa madaniyah.  Orang-orang yang pertama itu adalah asabikun nassabikun, makanya dikatakan tidak sama orang yang berinfaq sebelum fathu makkah, dan setelah fathu makkah,” ketika infaq itu disaat perjuangan nilainya jadi berbeda karenanya dijelaskan dalam hadits “mereka itu jauh lebih besar pahalanya dibandingkan yang berinfaq setelahnya,” yang berinfaq dijalan Allah pada hakikatnya meminjamkan kepada Allah.  Dan pada ayat setelahnya infaq itu sangat dominan, bahkan kalau dilihat diterjemahan Departemen Agama sub judul infaq itu hampir mencakup seluruh surat Al Hadid ini.
Tapi sebelum kita diperintahkan untuk merealisasikan keimanan, diawali dulu dari ayat satu sampai enam, diceritakan ketundukan alam semesta kepada Allah SWT, ini menegaskan bahwa ketika kita tunduk kepada Allah maka kita telah mengikuti arus besar mahluk Allah SWT. Ini menegaskan bahwa kita dituntun untuk mengenal dia baru diperintahkan tunduk kepadanya.
Keutamaan surat Al Hadid
Disebutkan oleh Ibnu Katsir dari Imam Ahmad dalam musnadnya menjelaskan, “Dari Irbad bin Sariyah dia menyampaikan kepada para sahabat, bahwa Rasulullah Saw, terbiasa membaca surat musabbihat, (yang awalnya memakai sabbaha atau yusabbihu) sebelum beliau tidur” termasuk surat Al Hadid ini karena awalnya sabbahalillah, jadi yang dibacanya itu, surat yang awalnya sabbaha (fiil madi), atau yusabihu (fiil mudare) atau sabbaha(fiil Amr). Tapi, kalau sekarang orang biasanya nonton sinetron sebelum tidur, atau nonton sinetron sampai tertidur, kalau kemudian dia meninggal kemungkinannya su’ul khotimah, karena yang ditontonnya itu negative.  Saya pikir kita perlu menata ulang kehidupan kita, ada seorang ulama dikalangan salafushalih berkata “Umat ini tidak akan membaik kecuali dengan cara bagaimana dia menata hidupnya sebagaimana generasi awal.”
Kemudian Ibnu Katsir menyebutkan pula sebuah Hadits “Bahwa di dalam surat musyabihat ada satu ayat yang nilainya lebih utama daripaada seribu ayat”, kalau seribu ayat itu sama dengan membaca surat Al Baqarah empat kali, dan ayat inilah yang sering dibaca Rasulullah dan dipadu dalam do’anya. Dan Ibnu Katsir mengatakan yang dimaksud ayat itu adalah ayat ke-3 dari surat Al Hadid ini.
Disebutkan juga ada sebuah riwayat, di dalam menafsir surat Zalzalah Ibnu Katsir menyebutkan sebuah hadits, ada seorang tua berkata kepada Rasulullah saw, “ya Rasulullah bacakan kepadaku surat, lalu Rasulullah mengatakan baca tiga surat alif lam ra itu seakan membaca Al Qur’an penuh, lalu orang tua itu mengatakan “ya Rasul saya sudah tua,” kata Rasulullah bacalah surat ha mim, dia menjawab sama, Rasulullah berkata kata lagi, bacalah musabbihat, dia menjawab sama, bacalah surat Zalzalah, Rasul berkata berbahagialah orang tua yang kecil ini”. Ini yang dianjurakan oleh Rasulullah kepada orang yang tidak bisa merutinkan membaca Al Qur’an secara umum.
57:1. Semua yang berada di langit dan yang berada di bumi bertasbih kepada Allah (menyatakan kebesaran Allah). Dan Dialah Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Begitulah Allah menjelaskan bahwa alam semesta ini bertasbih.  Tasbih secara lughowi mensucikan Allah, dalam arti dia tunduk sepenuhnya kepada Allah dan tidak tunduk kepada yang lain, jadi tidak mensejajarkan Allah dengan yang lain, itu hakikat dari tasbih.  Tasbih juga bisa berarti mengucapkan tasbih, dalam sebuah hadits dijelaskan ada dua buah kata yang ringan diucapakan tapi sangat berat timbangannya disisi Allah dan sangat dicintai Allah. Yang dituntut kepada kita adalah kedua-duanya. Disini diingatkan bahwa alam semesta itu semuanya bertasbih kepada Allah swt, tapi karena keterbatasan kita, kita tidak memahami cara mereka bertasbih. Tapi, yang paling penting bukan kita menelusuri cara mereka bertasbih, tapi sudahkah kita bertasbih sebagaimana alam semesta bertasbih.
Ibnu Katsir ketika menafsirkan ayat ini bahwa semuanya di alam ini bertasbih termasuk juga hewan dan tumbuhan, dijelaskan dalam surat Al Isra’ , “Langit yang tujuh lapis itu dan bumi dan siapa saja yang ada diangit dan di bumi itu bertasbih kepada Allah swt,” tidak ada sesautupun kecuali bertasbih kepada Allah, makanya kalau orang mukmin ketika dalam lingkungannya dia sendirian dia tak pernah kesepian karena dia bersama alam semesta. Makanya dia tentram, walau orang melihatnya sendirian.
“Dia maha perkasa, lagi maha bijaksana” Tinggal kitanya apakah kemudian kita menunjukan ketakaburan kita dan Rasulullah menjelaskan ketakaburan itu menolak kepada kebenaran, sehingga tidak mau tunduk kepada Allah swt, seperti yang dilakukan iblis ketika disuruh menghormati Adam, karenanya Rasulullah mengingatkan kesadaran diri kita sebagai hamba itu harus melekat di dalam hati dan pikiran kita, itu sebabnya makanya pagi dan sore kita dianjurkan membaca syaidul istighfar.  Karena, ketika kesadaran ini mengendur maka lahirlah ketakaburan, makanya dalam hadits disebutkan “Tidak akan masuk sorga ketika didalam hatinya ada ketakaburan walau kecil”
57:2. Kepunyaan-Nya lah kerajaan langit dan bumi, Dia menghidupkan dan mematikan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Itulah ketentuan Allah apabila dia menghendaki jadi maka jadilah. Ayat kedua juga menjelaskan tentang Allah, ayat ketigapun menjelaskan tentang Allah. Di sini jelas bagaiman kita diperkenalkan dulu tentang Allah agar kemudian kita bisa tunduk dengan mudah, apabila seorang anak setelah besar dia diperkenalkan kepada ayah asuhnya yang telah membiayai dia sampai besar maka kalau disuruh mencium tangan maka akan menurut, makanya kita lihat nanti setiap perintah untuk tunduk kepada Allah diawali diperkenalkan dulu tentang Allah, ini yang disinyalkan Abdulah bin Ammar, “Dulu kami diterangkan iman baru perintah, berbeda dengan orang sekarang diberikan perintah-perintah tapi keimanan belum ditanamkan mereka campakan perintah itu seperti mencampakan korma busuk.”
57:3. Dialah Yang Awal dan Yang Akhir, Yang Lahir dan Yang Batin; dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.

Dijelaskan Ibnu Katsir, beliau mengutip hadits riwayat Imam Bukhari salah satu pengertian Adzhohiru wal batinu adalah “Allah tahu segala yang nampak dan Allah tahu yang tidak nampak” bahkan Allah dikatakan “maha tahu apa yang tersembunyi di dalam dada”, perinciannya di ayat empat, Allah mengetahui apa yang masuk ke bumi, apakah mayit dikuburkan, apakah air yang menyerap, dan mengetahui apa yang keluar dari bumi. Dan yang turun dari langit dan yang naik ke langit termasuk juga amalan kita.
Dijelaskan pula oleh Ibnu Katsir yang riwayat Imam Ahmad menjelaskan makan Dzohir dan batin, yang menununjukan sifat Allah ini “Dari Abu Khurairah bahwa Rasulullah berdo’a menjelang tidurnya setelah membaca surat musabbihat “ya Allah Rabb pemilik seluruh langit yang tujuh dan pemilik Ars yang agung, ya Allah engkaulah tuhan kami dan tuhan segala mahluk, ya Allah Tuhan dilangit dan bumi, Engkau yang telah menurunkan taurat, injil dan Furqon (Al Qur’an), Engkau yang menumbuhkan biji-bijian dan membelahnya ketika tumbuh. tidak ada Tuhan melainkan Engkau, aku berlindung kepada segala sesuatu yang jahat yang ubun-ubunnya dalam kendaliMu, Engkaulah yang pertama tidak ada sebelum Engkau, Engkaulah yang akhir sesudahMu tiada lagi yang lain, Engkaulah yang dzohir diatasMu tiada lagi yang lain Engkau yang batin dibawahMu tiada lagi yang lain, lunaskanlah seluruh hutang kami dan berikanlah kecukupan kepada kami” .
Dalam riwayat yang lain hampir sama isinya dijelaskan bagaiman posisi Rasul ketika membacanya, “dari Suhail, bahwa Abu Shalih memerintahkan kami membaca do’a ini sambil bertumpu pada sisi sebelah kanan,” ini perlu dicermati, kenapa demikian. Ada yang mengatakn posisi jantungnya sangat bagus, tapi sunnah Rasulullah itu tentunya sunnah banyak hikmahnya.
Riwayat yang lain dari Aisyah, “bahwa Rasulullah memerintahkan agar tikarnya itu digelar, posisinya menghadap kiblat, kalau dia telah berbariang, lalu dia bertelekan pada tangan sebelah kanannya, lalu beliau berkomat-kamit, nggak diketahui apa yang dibaca, diantar kata-katanya pada penghujung malam itu, dikeraskan sedikit suaranya (seperti do’a yang tadi sampai akhir)”. dari do’a Ini Jangan dipahami kita berdo’a banyak-banyak kemudian menghutang banyak-banyak, sebab Rasulullah Saw, sebelumnya berta’audz untuk tidak terlibat utang. Dan do’a yang di awali asma’ul husna itu do’a mustazab, sampai Allah memerintahkan secara ekplisit “Allah memiliki asma’ul husna maka memintalah do’a dengan asma’ul husna ini”.
57:4. Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa; Kemudian Dia bersemayam di atas ‘Arsy Dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi dan apa yang keluar daripadanya dan apa yang turun dari langit dan apa yang naik kepadanya. Dan Dia bersama kamu di mana saja kamu berada. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.
Kalau pada ayat satu dan setelahnya Allah menjelaskan tentang dirinya, yang menciptakan bumi langit dan segala isinya, maha kuasa atas segala sesuatu, dan dialah yang awal dan akhir, yang dzohir dan batin dia tau segala-galanya, sekarang kita masuk kebagina kedua dari surat Al Hadid ini yaitu ayat empat sampai dengan ayat enam, juga masih menjelaskan tentang kemaha kuasaan Allah swt. Dibaliki itu banyak pesan-pesan yang berdampak langsung kepada kita yang akan membuat dekat kepada Allah, dan kita merasa diawasi dan diketahui Allah swt.
Sebagaimana kita ketahui Allah maha kuasa atas segala sesuatu, ketatapan Allah apabila dia menghendaki sesuatu maka dia katakana jadilah maka akan jadi, tanpa melalui proses yang panjang begitulah Allah yang maha kuasa atas segala sesuatu. Tapi, ketika Allah menjelaskan penciptaan langit dan bumi, disini dikatakan dalam enam hari/masa, timbul pertanyaan apakah Allah tidak sanggup melakukannya dalam sekejap?, padahal Allah maha kuasa. Isa yang tanpa bapak ketika Allah menghendakinya lahir, maka lahirlah, sampai karena tanpa bapak, orang nasrani menjadikannya tuhan, atau anak Tuhan. Kalau secara logika harusnya Adam yang tidak punya bapak dan ibu lebih pantas. Mengapa untuk penciptaan langit dan bumi fi sittati ayyam dan apa hikmahnya dibalik ini.
Hikmahnya adalah mengajarkan kepada manusia dalam proyek yang besar itu perlu ada pentahapan, dalam enam tahap dengan plening yang berkesinambungan, begitu Allah memerintahkan kepada kita untuk mengambil ibrah bagi orang yang berakal.
“Kemudian Dia bersemayam di atas ‘arsy”
Suatu kali Rasulullah pernah menggambarkan ‘Arsy dan kursinya Allah seperti yang dikatakan dalam ayat kursi. ‘Arsy bila dibandingkan dengan langit dan bumi, kalau langit dan bumi itu sebuah cincin, maka ‘arsy itu bagaikan padang pasir yang luas, begitulah perbandingan langit dan bumi dengan ‘arsy dan kursinya Allah.
Suatu kali Imam Malik ditanyakan tentang Allah bersemayam di ‘Arsy, dan beliau menjawab “kata istawa itu berarti berada atau duduk, kemudian kalau ditanyakan bagaimana itu, kita tidak perlu tau, karena memang Allah memberikan jangkauan ilmu kita terbatas, karenanya yang terbatas ini tidak mungkin mencapai yang tidak terbaatas, cuma kita sebagai muslim harus beriman tentang bersemayamnya Allah di ‘Arsy.
“Dia mengetahui apa yang masuk kedalam bumi dan apa yang keluar dari padanya dan apa yang turun dari langit dan apa yang naik kepadaNya ”
Kalau diayat satu dikatakan bahwa Allah maha perkasa dan maha bijaksana, diayat dua dikatakan yang memiliki segalanya, ayat ke empat ditekankan lagi dialah yang menciptakan segalanya, sangat wajar kemudian dia tau ciptaannya. Dia tau apa saja yang masuk kebumi, bisa air, akar, bias juga jenazah yang masuk kebumi, didalam ayat lain dikatakan, dia juga tau tentang kadarnya, juga segala yang ada diperut bumi.
Ibnu Katsir menyatakan Allah tau segala air yang masuk kebumi dan segala biji-bijian yang tertimbun dan apa saja yang keluar, barangkali kita tidak banyak tau berapa emas diIrian Jaya berapa banyaknya. Tumbuhan atau tanamanya, disebutkan diayat lain “dialah yang mempunyai kunci segala yang baik, dia tau yang ada didaratan dan dilautan, tidak ada daun yang jatuh kecuali Allah tau,” kapan dari pohon apa? Dimana?, tidak ada satu pun benih yang ditimbun ditanah yang gelap, tidak ada yang basah dan kering kecuali sudah ditetapkan.
Dia tau yang turun dari langit, apa itu rejeki, meteor, dari atas langit rejeki itu, hujan, embun, air, salju es, termasuk ketetapan Allah sendiri qodo dan qodar. sehingga seharusnya ketidakberdayaan menyelesaikan banjir itu perlu komunikasi kita dengan Allah ditingkatkan. Kata Ibnu Katsir ketika air hujan itu turun dia dikawal oleh malaikat yang telah Allah tetapkan dimana turunnya, dia Allah yg maha kuasa tentang itu.
“Apa yang naik kelangit”. Apakah berupa uap atau amal perbuatan kita. Ada malaikat yg menemani kita malam dan siang, Malaikat malam naik kelangit ketika waktu subuh dan Malaikat siang naik kelangit pada waktu ashar, makanya ashar dan subuh itu bagusnya berjama’ah dan diawal waktu. Dan ketika sampai di langit malaikat itu dipanggil dan ditanya oleh Allah, padahal Allah tau. Kata petugas malam saya datang ashar dilagi sholat, dan saya berangkat subuh dilagi sholat, Malaikat ketemu waktu itu, kalau kita shalatnya di awal waktu seperti itu. Tapi kalau subuhnya kesiangan asharnya kesorean tidak begitu jawabannya dia naik setiap hari.
Dan yang pekanan itu senin dan kamis, itulah sebabnya Rasulullah bersabda ketika ditanya tentang puasa sunnah senin dan kamis “aku melakkukannya agar laporan ada plusnya, bahwa ketika amal itu diangkat saya sedang berpuasa” bahkan disebutkan bahwa amal-amal sholeh itu Allah angkat terus keatas. Ada sebuah hadits yg mengatakan “amal perbuatan kita yang dimalam Allah angkat sebelum siang, amal kita disiang hari Allah angkat sebelum malam”.
“Dan Dia bersamamu dimana saja kamu berada”
Ini yang disebut maiyatul ilm, (kebersamaan Allah dalam artian pengetahuan Allah) kemaha tahuan Allah, berlaku untuk semua manusia. Dalam artian pengetahuan Allah tidak lepas dari siapapun ada lagi maiyatun nasr, seperti dijelaskan dalam surat Attaubah 36, diujungnya ma’a itu artinya perlindungan, pertolongan dan kemenangan. Kalau orang mukmin itu maiyatul khossoh, tapi kalau untuk maiyatul Ammah itu maiyatul Ilm, dan dalam ayat ini adalah maiyatul ilm.
“dan Allah maha melihat apa saja yang kamu kerjakan”
Ibnu Katsir berkata “Allah selalu menyaksikan apa yang kamu lakkuan dimanapun kamu berada Allah tau, apakah anda berada didarat atau dialaut, dimalam hari yang gelap atau disiang hari yang terang, diruman atau ditanah lapang, Dia dengar ucapan kamu, Dia tau yang kamu nampakan dan Dia tau yang kamu sembunyikan, diayat lain disebutkan “Dan Allah maha tau samapai yang ada dilubuk hati kita,” ayat seperti ini perlu kita wiridkan, karena penyakit manusia itu pelupa, agar bisa mengntisipasi lupa ini perlu sering-sering kita ingat, caranya dengan membaca ayat seperti ini. Begitulah juga ayat kursi yang menerangkan sepuluh prinsif, kalau kita ingat ayat ini tidak ada lagi kemalasan, tapi disamping kita baca perlu juga kecerdasan dan kesadaran.
Ada sebuah kisah ulama memiliki murid banyak, ada seorang murid yang masih muda dan paling disayang, murid-murid yang tua itu minta bukti kenapa yang muda itu diberlakukan secara khusus. Maka suatu waktu dia mengumumkan kompetisi kepada semua muridnya, mereka disuruh membawa pisau dan burung dara, setelah semuanya membawa burung dara dan pisau termasuk murid yang muda itu. Dia berkata “Sekarang kalian pergilah ketempat yang tidak dilihat oleh siapapun lalu sembelihlah burungnya, setelah itu kembalilah ke sini,” setelah ditunggu sekian lama mereka datang, ternyata semuanya burungnya sudah disembelih kecuali yang muda tadi, ketika ditanya kenapa belum disembelih dia berkata “Saya tidak bisa meneymbelihnya karena saya tidak menemukan temapat yang tidak dilihat Allah”. Disamping pemahaman perlu penghayatan, banyak orang tidak mau melakaukan penyimpangna karena dilihat manusia, tapi tidak takut ketika dilihat Allah.
Allah menjelaskan tentang dirinya dari ayat satu sampai ayat empat bahkan sampai ayat-ayat barikutnya, pada bagian akhir ayat empat “dan dia (Allah) bersamamu dimanapun kamu berada,” begitulah kenyataannya yang seharusnya orang-orang beriman menyadarinya sebagai pendekatan Allah dengan manusia baik dalam maiyatul ilm, pendekatan Allah dalam artian pengetahuan Allah mencakup seluruh aktivitas kita, tidak ada bagi Allah yang tersembunyi, atau maiyatul himayah, ataupun maiyatunnasr, kebersamaan Allah dalam aritian perlindungan dan rahmatNya, bantuannya pada orang-orang yang beriman dan Allah sangat sayang pada orang-orang yang beriman.
Pengetahuan akan maiyah Allah ini akan membangkitkan kesadaran kita bahwa Allah mengetahui apa yang kita lakukan dan Allah selalu dekat dengan kita, kalau kesadaran ini ada dalam hati dan pikiran kita maka akan melahirkan sikap ihsan dalam segala perbuatan kita, jangankan kesadaran dan taunya kita bahwa kita dilihat Allah yang ringan saja misalnya seseorang ketika dibelakangnya ada ustadznya maka ibadahnya akan bertambah baik, akhlaq dan prilakunya bertambah sopan, malu rasanya kalu dilihat kiainya belum nampak baik ibadahnya belum nampak dewasa prilakunya, apalagi kesadaran itu dirinya dilihat Allah swt.
Sikap ihsan ini diisyaratkan Rasululllah saw, dalam hadits Jibril seperti dikutip Ibnu Katsir dalam tafsirnya “Ketika Rasulullah ditanya tentang ihsan oleh Jibril maka Rasulullah menjawab ‘kamu beribadah kepada Allah seolah-olah kamu melihatnya dan jika kamu tidak melihatnya sesungguhnya Allah meliahatmu,” sebenarnya manusia tidak bias meliaht Allah, seperti yang dikatakan Allah kepada Nabi Musa AS, ‘selamamnya didunia kamu tidak akan meliahtku’. Tapi manusia harus yakin bahwa Allah melihatnya kesadaran seseorang ini akan melahirkan sikap ihsan dalam prilaku dan perbuatannya dan Hendaknya seorang Mukmin memiliki rasa malu dan rasa itu melekat dirinya, karena Allah selalu bersamanya.
Dijelaskan dalam oleh Ibnu Katsir, kata Umar ada seseorang yang datang kepada Rasulullah meminta petunjuk, “bekalilah aku dengan kalimat hikmah yang akan kujadikan sebagai pegangan hidupku,’ lalu Rasul menjawabnya, ‘malulah kamu kepada Allah seperti seseorang malu dari keluarganya yang soleh dan memperhatikannya tidak pernah lepas,” Karena kita sudah cendrung pada pola pikir materialis biasanya kita malu kepada manusia tapi ketika ada Allah dan malaikat yang mendampingi kita, tidak merasa malu, manusia walau tak pernah lepas disaat tertantu pasti jauh dari kita, tapi Allah selalu bersama kita dimanapun berada dan Allah maha melihat dan mengetahui.
Ada sutu hadits marfu’ dari Abdullah bin Alwiyah Al Amilin, “Ada tiga hal yang barang siapa bisa merelaisaikannya dia akan merasakan nikmatnya beribadah yaitu selalu beribadah hanya kepada Allah, selalu berinfaq dan selalu mensucikan dirinya” orang bisa melakukan iu kalau dia merasa diperhatikan Allah.
Satu lagi hadits yang harus menjadi pegangan hidup kita, dari Ubadah bin Shomit katanya Rasulullah bersabda “sesunguhnya iman yang paling afdhol kamu sadar bahwa Allah selalu beersamamu dimanapun kamu berada” kalau bahasanya Sayid Qutub disebut imam hayi (iman yang hidup, iman yang membangkitkan kesadaran) kalau kesadaran ini ada ibadah kita selalu maksimal dan diri kita selalu terhindar dari berbagai penyimpangan, itu pula yang dinasihatkan Rasulullah kepada seorang sahabat yang baru beberapa hari mengaji dengannya kata Rasulullah “sekarang kamu pulang kampung dan berdakwah untuk seluruh masyarakat disitu”, sahabat yang baru beberapa kali bertemu dan merasa bekalnya belum banyak dan dia ingin berlama-lama bersama Rasulullah, tapi Rasulullah berkata lagi “sekarang aku bekali lalu kamu pulang, takutlah kamu kepada Allah dimanapun kamu berada, sertakanlah perbuatan yang baik atas perbuatan yang buruk, sehingga perbuatan yang baik menghapus yang buruk tadi, bergaullah dengan manusia dengan baik.
57:5. Kepunyaan-Nya-lah kerajaan langit dan bumi. dan kepada Allah-lah dikembalikan segala urusan.
Ayat lima ini Masih menjelaskan tentang sifat-siafat Allah, kalau ujung ayat empat wallahu bima ta’maluna basyir, maka ayat kelimanya Lahu mulku samaawaati wal ardli (milik Allahlah kekuasaan dilangit seluruhnya dan juga dibumi) segalanya itu milik Allah. Karenanya Allah disebut juga Malikulmulki (pemilik seluruh kekuasaaan), dalam do’a pagi dan sore “Katakanlah: Wahai Allah yang memiliki kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki..” sekalipun orang mempertahankannya kalau Allah ingin mencabutnya dia tidak akan bisa apa-apa.
“Dan kepada Allahlah segala urusan itu dikembalikan”
segalanya akan kembali kepada Allah termasuk kita, ketika Allah mengambil apa yang dimilikinya itu yang kita mengkalaim miliki kita atau yang Allah titipkan kepada kita, maka diharuskan membaca kalaimat isti’jal inalillahi wainnailahi raji’un diayat ini dikatakan “dan kepada Allah segala hal itu dikembalikan” termasuk diri kita, makanya didalam surat Al Jumu’ah Katakanlah: “Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, Maka Sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan”. Karenanya kesadaran ini kalau Allah meinginginkan milikNya kita dengan ridho melepasnya, “Katakanlah siapa yang mau meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik Allah akan ganti” padahal yang dipinjamkan itu milik Allah, tapi kasih sayangnya Allah kalau kita meminjamkan diganti dengan berlipat ganda tapi sekalipun begitu tetap saja manusia merasa berat karena terkait dengan materi dan kenikmatan. Hendaknya pendekatan kita bagaimana bisa menikmati bukan bagaimana harus memikinya.
57:6. Dialah yang memasukkan malam ke dalam siang dan memasukkan siang ke dalam malam. Dan Dia Maha Mengetahui segala isi hati.
Bumi kitakan berpuatar pada porosnya dan pada saatnya yang sama berpuatar mengelilingi matahari, yang menghadap matahari itu kebagian sianng dan yang membelakanginya kebagian malam. Dialah Allah yang memutar dan perputaran itulah yang kemudian melahirkan gravitasi, kalau senadainya tidak ada tarikan itu kita akan lepas, jangankan untuk makan untuk bertahan pada permukaan bumi itu susah, bagaimana kalau Allah menjaadikan malam itu terus menerus maka bumi akan kedinginan dan membeku, atau siang terus menerus maka bumi akan sangat panas.
“Dan dia maha tau apa yang ada didalam ada”,
Kata Ibnu Katsir betapapun tersembunyi, tidak ada yang lepas dari pengetahuan Allah bahkan yang ada didalam lubuk hati kita, Cuma saja kalau keburukan masih dihati kita belum terekspresiakn itu belum bernilai negatif kalau sadah bunyi itu bernilai negatif sekalipun perkataan itu benar, makanaya ketika Rasulullah mengingatkan tentang gibah dia bersabda ”Engakau menyabutkan tentang aib saudaramu walau benar, tapi kalau menyebutkan tidak sesuai itu kebohongan”.
57:7. Berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya dan nafkahkanlah sebagian dari hartamu yang Allah telah menjadikan kamu menguasainya. Maka orang-orang yang beriman di antara kamu dan menafkahkan (sebagian) dari hartanya memperoleh pahala yang besar.
Setelah dijelaskan tentang kekuasaan Allah maka ayat tujuhnya dinyatakan tentang iman kepada Allah, ini salah satu metode yang dalam Al Qur’an setelah diceritakan tentang sifat dan kekuasaan Allah baru dijelaskan perintah untk beriman dan merealisasikan keimanan, sehingga keimanan kita berdasarkan kesadaran bukan hanya sebuah dogma.
Berimanlah kepada Allah dan rasunya yang telah menyamapiakan wahyu ini kepada kita, maka ketika diperintahkan untuk beriman maka dituntut pula untuk meralisasikan keimanan itu dengan ungkapan dan berinfaqlah. Pada masa Rasulullah ada seorang sahabat yang sudah paham tentang Islam, lalau dia ingin menyatakan komitmen keislamannya, dia katakana ”ya Rasulullah saya menyatakan keislaman dan saya akan komitmen menjalankan seluruh atuaran islam itu, Cuma saya minta dispensasi dua, minta keringananan karena alasananya ada pada diri saya yang pertama saya minta dispensasi untuk tidak berinfaq, karena saya orang miskin, kedua saya minta dispensai untuk tidak berjuang sebab saya ini penakut, kalau berjihad saya akan lari dari medan jihad itu padahal dari medan perang itu dosa besar, kata Rasulullah tidak sodaqoh tidak berjuang kamu mau masuk sorga dengan apa lagi,” Rasul tidak terima Islam yang parsial, Islam itu harus menyeluruh.
Biasanya setelah menyebutkan keimanan dilanjutkan dengan perintah untuk berinfaq karena keimanan itu hubungan pertikal pada Allah dan infaq itu adalah hubungan horizontal pada manusia, karenanya ketika menyatakan keTuhanan dan sifat-sifatnnya lalu Allah lanjutkan berimanlah dan berinfaqlah dari sebagian yang dititipkan kepada kamu.
Manusia adalah kholifah yang artinya pengemban amanat dari Allah, manakala ada perintah beriman dan berinfaq, maka kita harus segera berinfaq karena infaq itu merupakan kebutuhan kita bukan kewajiban, dan balasanya akan berlipat ganda, maka orang yang beriman dan berinfaq diantara kamu mereka mendapatkan balasan yang sangat besar kalau kita baca kabirr itu mad aridl lisukun, maka dibacanya kabirrrrrrrrrrr, yang artinya besarrrrrrrrr, orang yang beriman dan berinfaq itu mendapatkan pahala yang sangat besar.
57:8. Dan mengapa kamu tidak beriman kepada Allah padahal Rasul menyeru kamu supaya kamu beriman kepada Tuhanmu. Dan sesungguhnya Dia telah mengambil perjanjianmu jika kamu adalah orang-orang yang beriman.
57:9. Dialah yang menurunkan kepada hamba-Nya ayat-ayat yang terang (Al Qur’an) supaya Dia mengeluarkan kamu dari kegelapan kepada cahaya. Dan sesungguhnya Allah benar-benar Maha Penyantun lagi Maha Penyayang terhadapmu.

57:10. Dan mengapa kamu tidak menafkahkan (sebagian hartamu) pada jalan Allah, padahal Allah-lah yang mempusakai (mempunyai) langit dan bumi? Tidak sama di antara kamu orang yang menafkahkan (hartanya) dan berperang sebelum penaklukan (Mekah). Mereka lebih tinggi derajatnya daripada orang-orang yang menafkahkan (hartanya) dan berperang sesudah itu. Allah menjanjikan kepada masing-masing mereka (balasan) yang lebih baik. Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.

57:11. Siapakah yang mau meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, maka Allah akan melipat-gandakan (balasan) pinjaman itu untuknya, dan dia akan memperoleh pahala yang banyak,
57:12. (yaitu) pada hari ketika kamu melihat orang mukmin laki-laki dan perempuan, sedang cahaya mereka bersinar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, (dikatakan kepada mereka): “Pada hari ini ada berita gembira untukmu, (yaitu) surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai yang kamu kekal di dalamnya. Itulah keberuntungan yang banyak.
57:13. Pada hari ketika orang-orang munafik laki-laki dan perempuan berkata kepada orang-orang yang beriman: “Tunggulah kami supaya kami dapat mengambil sebahagian dari cahayamu”. Dikatakan (kepada mereka): “Kembalilah kamu ke belakang dan carilah sendiri cahaya (untukmu)”. Lalu diadakan di antara mereka dinding yang mempunyai pintu. Di sebelah dalamnya ada rahmat dan di sebelah luarnya dari situ ada siksa.

57:14. Orang-orang munafik itu memanggil mereka (orang-orang mukmin) seraya berkata: “Bukankah kami dahulu bersama-sama dengan kamu?” Mereka menjawab: Benar, tetapi kamu mencelakakan dirimu sendiri dan menunggu (kehancuran kami) dan kamu ragu-ragu serta ditipu oleh angan-angan kosong sehingga datanglah ketetapan Allah; dan kamu telah ditipu terhadap Allah oleh (setan) yang amat penipu.
57:15. Maka pada hari ini tidak diterima tebusan dari kamu dan tidak pula dari orang-orang kafir. Tempat kamu ialah neraka. Dialah tempat berlindungmu. an dia adalah sejahat-jahat tempat kembali.
57:16. Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik.
57:17. Ketahuilah olehmu bahwa sesungguhnya Allah menghidupkan bumi sesudah matinya. Sesungguhnya Kami telah menjelaskan kepadamu tanda-tanda kebesaran (Kami) supaya kamu memikirkannya.
57:18. Sesungguhnya orang-orang yang bersedekah baik laki-laki maupun perempuan dan meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, niscaya akan dilipat gandakan (pembayarannya) kepada mereka; dan bagi mereka pahala yang banyak.

57:19. Dan orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, mereka itu orang-orang Shiddiqien dan orang-orang yang menjadi saksi di sisi Tuhan mereka. Bagi mereka pahala dan cahaya mereka. Dan orang-orang yang kafir dan mendustakan ayat-ayat Kami, mereka itulah penghuni-penghuni neraka.
57:20. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-bangga tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.
57:21. Berlomba-lombalah kamu kepada (mendapatkan) ampunan dari Tuhanmu dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan bagi orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-rasul-Nya. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah mempunyai karunia yang besar.
57:22. Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lohmahfuz) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.
57:23. (Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri,

57:24. (yaitu) orang-orang yang kikir dan menyuruh manusia berbuat kikir. Dan barang siapa yang berpaling (dari perintah-perintah Allah) maka sesungguhnya Allah Dia-lah Yang Maha Kaya lagi Maha Terpuji.
57:25. Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka Al Kitab dan neraca (keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan. Dan Kami ciptakan besi yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi manusia, (supaya mereka mempergunakan besi itu) dan supaya Allah mengetahui siapa yang menolong (agama) Nya dan rasul-rasul-Nya padahal Allah tidak dilihatnya. Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa.
57:26. Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh dan Ibrahim dan Kami jadikan kepada keturunan keduanya kenabian dan Al Kitab, maka di antara mereka ada yang menerima petunjuk dan banyak di antara mereka fasik.
57:27. Kemudian Kami iringkan di belakang mereka rasul-rasul Kami dan Kami iringkan (pula) Isa putra Maryam; dan Kami berikan kepadanya Injil dan Kami jadikan dalam hati orang-orang yang mengikutinya rasa santun dan kasih sayang. Dan mereka mengada-adakan rahbaniyyah padahal Kami tidak mewajibkannya kepada mereka tetapi (mereka sendirilah yang mengada-adakannya) untuk mencari keridaan Allah, lalu mereka tidak memeliharanya dengan pemeliharaan yang semestinya. Maka Kami berikan kepada orang-orang yang beriman di antara mereka pahalanya dan banyak di antara mereka orang-orang fasik.
57:28. Hai orang-orang yang beriman (kepada para rasul), bertakwalah kepada Allah dan berimanlah kepada Rasul-Nya, niscaya Allah memberikan rahmat-Nya kepadamu dua bagian, dan menjadikan untukmu cahaya yang dengan cahaya itu kamu dapat berjalan dan Dia mengampuni kamu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang,
57:29. (Kami terangkan yang demikian itu) supaya ahli Kitab mengetahui bahwa mereka tiada mendapat sedikit pun akan karunia Allah (jika mereka tidak beriman kepada Muhammad), dan bahwasanya karunia itu adalah di tangan Allah. Dia berikan karunia itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah mempunyai karunia yang besar.

Tidak ada komentar: