Jumat, 10 November 2017

MENENTUKAN MAKNA ISTILAH/KATA (SOAL NOMOR 2)

PEMBAHASAN SOAL UN TAHUN 2016/2017 BAHASA INDONESIA SMA/MA-MENENTUKAN MAKNA ISTILAH/KATA (SOAL NOMOR 2)

MENENTUKAN MAKNA ISTILAH/KATA
SOAL UJIAN NASIONAL BAHASA INDONESIA SMA/MA TAHUN PELAJARAN 2016/2017

SOAL NOMOR 2

A.    KUNCI JAWABAN DAN PEMBAHASAN
Kunci Jawaban: C
Pembahasan

Soal di atas menanyakan makna suatu istilah. Jika dikaitkan dengan kisi-kisi UN bahasa Indonesia tahun 2017/2018 termasuk ke ruang lingkup materi membaca nonsastra. Soal di atas tergolong level pengetahuan dan pemahaman. Kompetensi yang diuji yaitu menentukan makna istilah/kata.
Untuk menentukan makna suatu istilah dapat dicari pada Kamus Besar Bahasa Indonesia. Arti istilah sinkreitisme adalah sebagai berikut.
sinkretisme/sin·kre·tis·me/ /sinkrétisme/ n paham (aliran) baru yang merupakan perpaduan dari beberapa paham (aliran) yang berbeda untuk mencari keserasian, keseimbangan, dan sebagainya: upacara Syiwa Buddha adalah ungkapan -- agama Buddha dan Hindu (https://kbbi.web.id/sinkretisme)
B.     RINGKASAN MATERI
istilah/is·ti·lah/ n  kata atau gabungan kata yang dengan cermat mengungkapkan makna konsep, proses, keadaan, atau sifat yang khas dalam bidang tertentu (https://kbbi.web.id/istilah)
Makna kata atau istilah yang sering muncul dalam soal UN adalah makna kata leksikal. Makna kata leksikal merupakan makna yang terdapat pada kata dasarnya tanpa bergabung dengan bentuk lain. Makna leksikal dapat dilihat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Paragraf disusun menggunakan kalimat-kalimat yang saling berkaitan. Kalimat dalam setiap paragraf disusun dari beberapa kata. Setiap kata tersebut memiliki makna atau arti. Oleh karena itu, dalam membentuk kalimat atau paragraf sebuah kata harus benar-benar dipilih agar mampu menyampaikan maksud penulis.
Kesalahan penggunaan kata-kata atai istilah akan menimbulkan penafsiran berbeda. Kata-kata atau istilah yang digunakan dapat berupa kata baku, kata bersinonim, kata berantonim, kata yang bermakna konotasi dan denotasi, dan kata yang mengalami perubahan makna. Istilah berhubungan dengan pengungkapan makna konsep, proses, serta keadaan, atau sifat di bidang tertentu.
Makna kata atau istilah yang sering muncul dalam soal UN adalah makna kata leksikal. Makna kata leksikal merupakan makna yang terdapat pada kata dasarnya tanpa bergabung dengan bentuk lain. Makna leksikal dapat dilihat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Contoh Soal:
1. Dalam laporan kajian organisasi hidup,  World Resource Institute, emisi karbon akibat kebakaran hutan dan lahan di Indonesia telah melampaui rata-rata emisi karbon harian AS selama 26 hari dari 44 hari sejak awal September 2015. Sementara itu, organisasi Center for International Forestry Research (CIFOR) berpendapat bahwa kabut asap yang terjadi di Indonesia merupakan tragedi, bukan bencana alam. Kabut asap bukan bencana alam, melainkan karena kesalahan manusia dan tidak terjadi secara alamiah. (republika.co.id)
Makna kata tragedi dalam paragraf tersebut adalah....
A. peristiwa memilukan
B. peristiwa menyedihkan
C. peristiwa mengejutkan
D. keadaan genting
E. perubahan drastis
JAWABAN: B
Menurut KBBI, kata tragedi memiliki arti sandiwara sedih (pelaku utamanya menderita kesengsaraan lahir dan batin yg luar biasa atau sampai meninggal); 2 ki peristiwa yg menyedihkan. Jadi, jawaban yang tepat adalah B.
2. Seiring pertumbuhan jumlah kendaraan, Indonesia kebanjiran produk onderdil (sparepart) dan oli palsu yang dilempar ke pasaran dari produsen dalam maupun luar negeri. Peredaran onderdil dan oli abal-abal tentu mengancam nyawa pengendara maupun penumpang
Makna kata onderdil pada bacaan di atas adalah....
A. mesin
B. suku cadang
C. perbengkelan
D. perkakas
E. produk
3. Menteri Keuangan RI Bambang Brodjonegoro yang hadir sebagai narasumber dalam seminar itu mengatakan, indikator keberhasilan pemerintahan di negara maju adalah realisasi target pemenuhan lapangan kerja. Menurut Bambang, dengan pemenuhan lapangan kerja maka secara otomatis tingkat kemiskinan menurun. Hal ini menjadi salah satu perhatian pemerintah saat ini.
Makna kata indikator pada bacaan di atas adalah....
A. sesuatu yang dapat menjadi motivasi
B. sesuatu yang dapat memberi penjelasan
C. sesuatu yang dapat memberi petunjuk
D. sesuatu yang dapat menjadi dukungan
E. sesuatu yang dapat memberi manfaat (http://www.guruberbahasa.com/2016/02/contoh-soal-memaknai-kataistilah-un-sma.html)

KAPAN TANDA KOMA DIPAKAI DAN KAPAN TANDA KOMA TIDAK DIPAKAI

KAPAN TANDA KOMA DIPAKAI DAN KAPAN TANDA KOMA TIDAK DIPAKAI

PEMBAHASAN SOAL UN 2016/2017
MENENTUKAN ALASAN KESALAHAN KALIMAT

Kunci Jawaban: E
Pembahasan

Soal di atas menanyakan alasan kesalahan kalimat. Jika dikaitkan dengan kisi-kisi UN tahun 2017/2018 termasuk ke dalam ruang lingkup materi menyunting ejaan dan tanda baca level kognitif penalaran. Kompetensi yang diuji yaitu menentukan alasan kesalahan kalimat dengan tepat. 

BACA KISI-KISI SOAL UJI COBA UN 2017/2018 BAHASA INDONESIA SMA/MA. 
Kaidah Pemakaian tanda koma (,) berdasarkan pedoman umum ejaan bahasa Indonesia antara lain sebagai berikut.

ü  Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat yang mendahului induk kalimatnya.
Misalnya:
Kalau diundang, saya akan datang.
Catatan:
Tanda koma tidak dipakai jika induk kalimat mendahului anak kalimat.
Misalnya:
Saya akan datang kalau diundang.

Berdasarkan kaidah tersebut, jawaban yang benar adalah opsi E
Kalimat Keberhasilan pasukan koalisi pemerintah membuktikan, bahwa persatuan seluruh komponen menjadi syarat mutlak bagi keberlanjutan Irak tidak benar. Kalimat tersebut seharusnya berbunyi Keberhasilan pasukan koalisi pemerintah membuktikan bahwa persatuan seluruh komponen menjadi syarat mutlak bagi keberlanjutan Irak. (tanpa tanda koma sebelum kata bahwa).  

RINGKASAN MATERI
PEMAKAIAN TANDA KOMA (,)

1. Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu pemerincian atau pembilangan.
Misalnya:
Telepon seluler, komputer, atau internet bukan barang asing lagi.
Buku, majalah, dan jurnal termasuk sumber kepustakaan.
Satu, dua, ... tiga!
2. Tanda koma dipakai sebelum kata penghubung, seperti tetapimelainkan, dan sedangkan, dalam kalimat majemuk (setara).
Misalnya:
Saya ingin membeli kamera, tetapi uang saya belum cukup.
Ini bukan milik saya, melainkan milik ayah saya.
Dia membaca cerita pendek, sedangkan adiknya melukis panorama.
3. Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat yang mendahului induk kalimatnya.
Misalnya:
Kalau diundang, saya akan datang.
Karena baik hati, dia mempunyai banyak teman.
Agar memiliki wawasan yang luas, kita harus banyak membaca buku.
Catatan:
Tanda koma tidak dipakai jika induk kalimat mendahului anak kalimat.
Misalnya:
Saya akan datang kalau diundang.
Dia mempunyai banyak teman karena baik hati.
Kita harus banyak membaca buku agar memiliki wawasan yang luas.
4. Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat, seperti oleh karena itu, jadi, dengan demikian, sehubungan dengan itu, dan meskipun demikian.Misalnya:
Mahasiswa itu rajin dan pandai. Oleh karena itu, dia memperoleh beasiswa belajar di luar negeri.
Anak itu memang rajin membaca sejak kecil. Jadi, wajar kalau dia menjadi bintang pelajar
Orang tuanya kurang mampu. Meskipun demikian, anak-anaknya berhasil menjadi sarjana.
5. Tanda koma dipakai sebelum dan/atau sesudah kata seru, seperti o, ya, wah, aduh, atau hai, dan kata yang dipakai sebagai sapaan, seperti Bu, Dik, atau Nak.
Misalnya:
O, begitu?
Wah, bukan main!
Hati-hati, ya, jalannya licin!
Nak, kapan selesai kuliahmu?
Siapa namamu, Dik?
Dia baik sekali, Bu.6. Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat.
Misalnya:
Kata nenek saya, “Kita harus berbagi dalam hidup ini.”
“Kita harus berbagi dalam hidup ini,” kata nenek saya, “karena manusia adalah makhluk sosial.”
Catatan:
Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung yang berupa kalimat tanya, kalimat perintah, atau kalimat seru dari bagian lain yang mengikutinya.
Misalnya:
"Di mana Saudara tinggal?" tanya Pak Lurah.
"Masuk ke dalam kelas sekarang!" perintahnya.
“Wow, indahnya pantai ini!” seru wisatawan itu.
7. Tanda koma dipakai di antara (a) nama dan alamat, (b) bagian-bagian alamat, (c) tempat dan tanggal, serta (d) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan.
Misalnya:
Sdr. Abdullah, Jalan Kayumanis III/18, Kelurahan Kayumanis, Kecamatan Matraman, Jakarta 13130
Dekan Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia, Jalan Salemba Raya 6, Jakarta Surabaya, 10 Mei 1960
Tokyo, Jepang
8. Tanda koma dipakai untuk memisahkan bagian nama yang dibalik susunannya dalam daftar pustaka.
Misalnya:
Gunawan, Ilham. 1984. Kamus Politik Internasional. Jakarta: Restu Agung.
Halim, Amran (Ed.) 1976. Politik Bahasa Nasional. Jilid 1. Jakarta: Pusat Bahasa.
Tulalessy, D. dkk. 2005. Pengembangan Potensi Wisata Bahari di Wilayah Indonesia Timur. Ambon: Mutiara Beta.
9. Tanda koma dipakai di antara bagian-bagian dalam catatan kaki atau catatan akhir.
Misalnya:
Sutan Takdir Alisjahbana, Tata Bahasa Baru Bahasa Indonesia, Jilid 2 (Jakarta: Pustaka Rakyat, 1950), hlm. 25.
Hadikusuma Hilman, Ensiklopedi Hukum Adat dan Adat Budaya Indonesia (Bandung: Alumni, 1977), hlm. 12.
W.J.S. Poerwadarminta, Bahasa Indonesia untuk Karang-mengarang (Jogjakarta: UP Indonesia, 1967), hlm. 4.
10. Tanda koma dipakai di antara nama orang dan singkatan gelar akademis yang mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau marga.
Misalnya:
B. Ratulangi, S.E.
Ny. Khadijah, M.A.
Bambang Irawan, M.Hum.
Siti Aminah, S.H., M.H.
Catatan:
Bandingkan Siti Khadijah, M.A. dengan Siti Khadijah M.A. (Siti Khadijah Mas Agung).
11. Tanda koma dipakai sebelum angka desimal atau di antara rupiah dan sen yang dinyatakan dengan angka.
Misalnya:
12,5 m
27,3 kg
Rp500,50
Rp750,00
12. Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan atau keterangan aposisi.
Misalnya:
Di daerah kami, Misalnya, masih banyak bahan tambang yang belum diolah.
Semua siswa, baik laki-laki maupun perempuan, harus mengikuti latihan paduan suara.
Soekarno, Presiden I RI, merupakan salah seorang pendiri Gerakan Nonblok.
Pejabat yang bertanggung jawab, sebagaimana dimaksud pada ayat (3), wajib menindaklanjuti laporan dalam waktu paling lama tujuh hari.
Bandingkan dengan keterangan pewatas yang pemakaiannya tidak diapit tanda koma!
Siswa yang lulus dengan nilai tinggi akan diterima di perguruan tinggi itu tanpa melalui tes.
13. Tanda koma dapat dipakai di belakang keterangan yang terdapat pada awal kalimat untuk menghindari salah baca/salah pengertian.
Misalnya:
Dalam pengembangan bahasa, kita dapat memanfaatkan bahasa daerah.
Atas perhatian Saudara, kami ucapkan terima kasih.
Bandingkan dengan:
Dalam pengembangan bahasa kita dapat memanfaatkan bahasa daerah.
Atas perhatian Saudara kami ucapkan terima kasih.

(Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2015
Tentang Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia)

CONTOH PREDIKSI SOAL UN 2017/2018 RUANG LINGKUP MATERI MENYUNTING TANDA BACA
Bacalah kalimat berikut.
Kita harus rajin berolahraga, agar memiliki tubuh yang sehat.
Penggunaan  tanda baca koma (,) pada kalimat tersebut tidak tepat karena
A.  koma (,) tidak digunakan sebelum kata pengubung agar
B.  koma (,) tidak digunakan untuk memisahkan kalimat majemuk
C.  koma (,) tidak digunakan pada kalimat yang menunjukkan keterangan tujuan
D.  koma (,) tidak digunakan pada kalimat majemuk yang anak kalimatnya mengiringi induk kalimat

MENGIDENTIFIKASI KESALAHAN PENGGUNAAN TANDA BACA

MENGIDENTIFIKASI KESALAHAN PENGGUNAAN TANDA BACA

PEMBAHASAN SOAL UN 2016/2017 BAHASA INDONESIA SMA/MA
MENGIDENTIFIKASI KESALAHAN PENGGUNAAN TANDA KOMA (,)
Kunci Jawaban: A
Pembahasan
Soal di atas menanyakan penggunaan tanda baca (koma) yang tepat. Jika dikaitkan dengan kisi-kisi UN tahun 2017/2018 termasuk ke dalam ruang lingkup materi menyunting ejaan dan tanda baca level kognitif aplikasi. Kompetensi yang diuji yaitu menggunakan tanda baca/mampu menggunakan tanda baca koma (,) dengan tepat.


BACA KISI-KISI SOAL UJI COBA UN2017/2018 BAHASA INDONESIA SMA/MA 
Kaidah pemakaian tanda baca yang tepat telah diatur dalam pedoman umum ejaan bahasa Indonesia, 
Kaidah Pemakaian tanda koma (,) berdasarkan pedoman umum ejaan bahasa Indonesia antara lain sebagai berikut. 

“Tanda koma dapat dipakai di belakang keterangan yang terdapat pada awal kalimat untuk menghindari salah baca/salah pengertian.
Misalnya:
Dalam pengembangan bahasa, kita dapat memanfaatkan bahasa daerah.
Atas perhatian Saudara, kami ucapkan terima kasih.
Bandingkan dengan:
Dalam pengembangan bahasa kita dapat memanfaatkan bahasa daerah.
Atas perhatian Saudara kami ucapkan terima kasih."
(Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2015
Tentang Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia).

Berdasarkan kaidah tersebut penggunaan tanda koma (,) yang tepat adalah pilihan jawaban A atau kalimat (1) Bagi pecinta durian, menikmati tempoyak memberi pengalaman baru yang sulit dilupakan. Kalimat (1) memiliki memiliki keterangan yang terdapat pada awal kalimat, yaitu bagi pecinta durian.

RINGKASAN MATERI
PEMAKAIAN TANDA KOMA (,)
1. Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu pemerincian atau pembilangan.
Misalnya:
Telepon seluler, komputer, atau internet bukan barang asing lagi.
Buku, majalah, dan jurnal termasuk sumber kepustakaan.
Satu, dua, ... tiga!

2. Tanda koma dipakai sebelum kata penghubung, seperti tetapi, melainkan, dan sedangkan, dalam kalimat majemuk (setara).
Misalnya:
Saya ingin membeli kamera, tetapi uang saya belum cukup.
Ini bukan milik saya, melainkan milik ayah saya.
Dia membaca cerita pendek, sedangkan adiknya melukis panorama.
3. Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat yang mendahului induk kalimatnya.
Misalnya:
Kalau diundang, saya akan dating.
Karena baik hati, dia mempunyai banyak teman.
Agar memiliki wawasan yang luas, kita harus banyak membaca buku.

Catatan:
Tanda koma tidak dipakai jika induk kalimat mendahului anak kalimat.
Misalnya:
Saya akan datang kalau diundang.
Dia mempunyai banyak teman karena baik hati.
Kita harus banyak membaca buku agar memiliki wawasan yang luas.

4. Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat, seperti oleh karena itu, jadi, dengan demikian, sehubungan dengan itu, dan meskipun demikian.
Misalnya:
Mahasiswa itu rajin dan pandai. Oleh karena itu, dia memperoleh beasiswa belajar di luar negeri.
Anak itu memang rajin membaca sejak kecil. Jadi, wajar kalau dia menjadi bintang pelajar
Orang tuanya kurang mampu. Meskipun demikian, anak-anaknya berhasil menjadi sarjana.

5. Tanda koma dipakai sebelum dan/atau sesudah kata seru, seperti o, ya, wah, aduh, atau hai, dan kata yang dipakai sebagai sapaan, seperti Bu, Dik, atau Nak.
Misalnya:
O, begitu?
Wah, bukan main!
Hati-hati, ya, jalannya licin!
Nak, kapan selesai kuliahmu?
Siapa namamu, Dik?
Dia baik sekali, Bu.

6. Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat.
Misalnya:
Kata nenek saya, “Kita harus berbagi dalam hidup ini.”
“Kita harus berbagi dalam hidup ini,” kata nenek saya, “karena manusia adalah makhluk sosial.”
Catatan:

Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung yang berupa kalimat tanya, kalimat perintah, atau kalimat seru dari bagian lain yang mengikutinya.
Misalnya:
"Di mana Saudara tinggal?" tanya Pak Lurah.
"Masuk ke dalam kelas sekarang!" perintahnya.
“Wow, indahnya pantai ini!” seru wisatawan itu.
7. Tanda koma dipakai di antara (a) nama dan alamat, (b) bagian-bagian alamat, (c) tempat dan tanggal, serta (d) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan.
Misalnya:
Sdr. Abdullah, Jalan Kayumanis III/18, Kelurahan Kayumanis, Kecamatan Matraman, Jakarta 13130
Dekan Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia, Jalan Salemba Raya 6, Jakarta Surabaya, 10 Mei 1960
Tokyo, Jepang

8. Tanda koma dipakai untuk memisahkan bagian nama yang dibalik susunannya dalam daftar pustaka.
Misalnya:
Gunawan, Ilham. 1984. Kamus Politik Internasional. Jakarta: Restu Agung.
Halim, Amran (Ed.) 1976. Politik Bahasa Nasional. Jilid 1. Jakarta: Pusat Bahasa.
Tulalessy, D. dkk. 2005. Pengembangan Potensi Wisata Bahari di Wilayah Indonesia Timur. Ambon: Mutiara Beta.

9. Tanda koma dipakai di antara bagian-bagian dalam catatan kaki atau catatan akhir.
Misalnya:
Sutan Takdir Alisjahbana, Tata Bahasa Baru Bahasa Indonesia, Jilid 2 (Jakarta: Pustaka Rakyat, 1950), hlm. 25.
Hadikusuma Hilman, Ensiklopedi Hukum Adat dan Adat Budaya Indonesia (Bandung: Alumni, 1977), hlm. 12.
W.J.S. Poerwadarminta, Bahasa Indonesia untuk Karang-mengarang (Jogjakarta: UP Indonesia, 1967), hlm. 4.

10. Tanda koma dipakai di antara nama orang dan singkatan gelar akademis yang mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau marga.
Misalnya:
B. Ratulangi, S.E.
Ny. Khadijah, M.A.
Bambang Irawan, M.Hum.
Siti Aminah, S.H., M.H.
Catatan:
Bandingkan Siti Khadijah, M.A. dengan Siti Khadijah M.A. (Siti Khadijah Mas Agung).

11. Tanda koma dipakai sebelum angka desimal atau di antara rupiah dan sen yang dinyatakan dengan angka.
Misalnya:
12,5 m
27,3 kg
Rp500,50
Rp750,00

12. Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan atau keterangan aposisi.
Misalnya:
Di daerah kami, Misalnya, masih banyak bahan tambang yang belum diolah.
Semua siswa, baik laki-laki maupun perempuan, harus mengikuti latihan paduan suara.
Soekarno, Presiden I RI, merupakan salah seorang pendiri Gerakan Nonblok.
Pejabat yang bertanggung jawab, sebagaimana dimaksud pada ayat (3), wajib menindaklanjuti laporan dalam waktu paling lama tujuh hari.
Bandingkan dengan keterangan pewatas yang pemakaiannya tidak diapit tanda koma!
Siswa yang lulus dengan nilai tinggi akan diterima di perguruan tinggi itu tanpa melalui tes.

13. Tanda koma dapat dipakai di belakang keterangan yang terdapat pada awal kalimat untuk menghindari salah baca/salah pengertian.
Misalnya:
Dalam pengembangan bahasa, kita dapat memanfaatkan bahasa daerah.
Atas perhatian Saudara, kami ucapkan terima kasih.
Bandingkan dengan:
Dalam pengembangan bahasa kita dapat memanfaatkan bahasa daerah.
Atas perhatian Saudara kami ucapkan terima kasih.
(Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2015
Tentang Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia)

PENULISAN JUDUL YANG BENAR

PENULISAN JUDUL YANG BENAR

PEMBAHASAN SOAL UN 2016/2017 SMA/MA 
PENULISAN JUDUL KARANGAN 
Kunci Jawaban: E
Pembahasan

Soal di atas menanyakan penulisan judul buku yang sesuai dengan ejaan yang berlaku. Jika dikaitkan dengan kisi-kisi UN tahun 2017/2018 Bahasa Indonesia SMA/MA termasuk dalam ruang lingkup materi menyunting ejaan dan tanda baca level kognitif pengetahuan dan pemahaman. Kompetensi yang diuji adalah mengidentifikasi kesalahan penggunaan ejaan/ mengidentifikasi kesalahan penulisan judul dengan tepat.
(Baca BEDAH KISI-KISI UN 2017/2018BAHASA INDONESIA SMA/MA)

Kaidah penulisan judul menurut pedoman umum ejaan bahasa Indonesia adalah sebagai berikut. 
Judul buku, karangan, artikel, dan makalah serta nama majalah dan surat kabar ditulis dengan menggunakan huruf kapital pada huruf pertama setiap kata (termasuk unsur kata ulang sempurna), kecuali kata tugas, seperti di, ke, dari, dan, yang, dan untuk, yang tidak terletak pada posisi awal.
Misalnya:
Saya telah membaca buku Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma.
Tulisan itu dimuat dalam majalah Bahasa dan Sastra.Dia agen surat kabar Sinar Pembangunan.Ia menyajikan makalah "Penerapan Asas-Asas Hukum Perdata".
Berdasarkan kaidah tersebut, penulisan judul buku pada soal di atas yang sesuai dengan kaidah adalah Cara Merawat Ikan Patin dan Ikan Bandeng di Air Payau (pilihan jawaban E). 
RINGKASAN MATERI
PENULISAN JUDUL KARANGAN
Pemberian judul bacaan yaitu penamaan terhadap bacaan. Pemberian judul harus  mempertimbangkan isi bacaan. Di samping itu, judul haruslah menarik, mudah diingat, singkat, menggambarkan isi, berupa kata atau frase. Yang harus diperhatikan lagi adalah penulisan judul. Penulisan judul yang benar harus mengacu kepada pedoman umum ejaan bahasa Indonesia, yaitu menggunakan huruf kapital sebagai huruf pertama semua kata, termasuk semua unsur kata ulang sempurna, kecuali kata seperti di, ke, dari, dan, yang, untuk, yang tidak terletak pada posisi awal. 
Contoh penulisan judul karangan.
-       Azas-Azas Hukum
-       Anak dan Cita-Citanya
-       Dari Desa ke Kota
-       Pencemaran Lingkungan di Wilayah Jembatan Lima
Contoh soal
Perhatikan judul karangan berikut!
Judul karangan : mengenal macam, fungsi, dan cara pembuatan sabun
Penulisan judul karangan tersebut yang tepat adalah.....
A.  Mengenal Macam, Fungsi, dan Cara Pembuatan Sabun
B.   Mengenal Macam, Fungsi Dan Cara Pembuatan Sabun
C.   Mengenal macam fungsi dan Cara pembuatan sabun
D.   Mengenal macam, fungsi dan cara pembuatan sabun
E.    Mengenal Macam, fungsi dan Cara Pembuatan sabun

PENULISAN KATA SERAPAN

PENULISAN KATA SERAPAN

PEMBAHASAN SOAL UN 2016/2017 BAHASA INDONESIA SMA/MA 
MEMPERBAIKI KESALAHAN PENULISAN KATA SERAPAN

Kunci Jawaban: D
Pembahasan

Soal di atas menanyakan perbaikan kata serapan yang tidak tepat dalam paragraf. Jika dikaitkan dengan kisi-kisi UN tahun 2017/2018 Bahasa Indonesia SMA/MA termasuk dalam ruang lingkup materi menyunting kata, kalimat, dan paragraf level kognitif penalaran. Kompetensi yang diuji  memperbaiki kesalahan penggunaan kata. 
(Baca BEDAH KISI-KISI UN 2017/2018BAHASA INDONESIA SMA/MA)

Kata serapan adalah kata-kata bahasa Indonesia yang diserap dari berbagai bahasa, baik dari bahasa daerah, seperti bahasa Jawa, Sunda, dan Bali, maupun dari bahasa asing, seperti bahasa Sanskerta, Arab, Portugis, Belanda, Cina, dan Inggris. Kaidah penyerapan unsur Asing diatur dalam pedoman umum ejaan bahasa Indonesia. 
Perbaikan kata serapan yang sesuai dengan pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pada paragraf di atas adalah sebagai berikut. 

No
Penulisan unsur serapan yang tidak sesuai kaidah
Penulisan unsur serapan yang sesuai kaidah
1
interperetasi
interpretasi
2
inplikasi
implikasi
3
inves
investasi

RINGKASAN MATERI
PENULISAN UNSUR SERAPAN
Dalam perkembangannya bahasa Indonesia menyerap unsur dari berbagai bahasa, baik dari bahasa daerah, seperti bahasa Jawa, Sunda, dan Bali, maupun dari bahasa asing, seperti bahasa Sanskerta, Arab, Portugis, Belanda, Cina, dan Inggris. Berdasarkan taraf integrasinya, unsur serapan dalam bahasa Indonesia dapat dibagi menjadi dua kelompok besar. Pertama, unsur asing yang belum sepenuhnya terserap ke dalam bahasa Indonesia, seperti force majeur, de facto, de jure, dan l’exploitation de l'homme par l'homme. Unsur-unsur itu dipakai dalam konteks bahasa Indonesia, tetapi cara pengucapan dan penulisannya masih mengikuti cara asing. Kedua, unsur asing yang penulisan dan pengucapannya disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia. Dalam hal ini, penyerapan diusahakan agar ejaannya diubah seperlunya sehingga bentuk Indonesianya masih dapat dibandingkan dengan bentuk asalnya.
Kaidah ejaan yang berlaku bagi unsur serapan itu antara lain sebagai berikut.

aa (Belanda) menjadi a
paal pal
baal bal
octaaf oktaf


ae tetap ae jika tidak bervariasi dengan e
aerobe aerob
aerodinamics aerodinamika


ae, jika bervariasi dengan e, menjadi e
haemoglobin hemoglobin
haematite hematit


ai tetap ai
trailer trailer
caisson kaison

tetap e
effect e
fek
description deskripsi
synthesis sintesis

-or tetap -or
dictator 
diktator
corrector 
korektor
distributor 
distributor


-ty (Inggris), -teit (Belanda) menjadi -tas
university, universiteit 
universitas
quality, kwaliteit 
kualitas
quantity, kwantiteit 
kuantitas

Catatan: Kaidah ejaan yang berlaku bagi unsur serapan secara lengkap dapat dibaca di pedoman umum ejaan bahasa Indonesia.